Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 125
(1-357)
Sikap dan perilaku para pejuang yang duduk dalam Dewan Perwakilan ini sangat penting karena akan diikuti. Umat bisa mengikuti kekeliruan mereka atau mengkritik mereka. Keduanya penuh dengan bahaya. Artinya, ketika mereka menjaga hak-hak Allah dan menunaikan berbagai kewajiban, berarti mereka juga menjaga hak-hak hamba. Upaya optimal tidak akan berhasil apabila mereka senang menerima bisikan jiwa dan gangguan setan sementara tidak mau mendengar penjelasan gamblang dan petunjuk cemerlang (Alquran). Pondasi pertama bagi revolusi besar harus kuat dan kokoh.

Susbtansi Dewan Perwakilan ini sebenarnya mewakili makna kesultanan dengan kekuatan yang dimilikinya. Jika parlemen ini tidak mewakili makna khilafah dengan melaksanakan syiar-syiar Islam, serta tidak menyuruh pihak lain untuk menunaikannya; atau dengan kata lain jika ia tidak mampu mempersembahkan substansi khilafah dan tidak memenuhi kebutuhan agama umat—di mana sekarang berada dalam kondisi fitrah yang rusak dan sangat membutuhkan agama melebihi kebutuhan terhadap fasilitas dunia—maka ia harus memberikan substansi khilafah sesuai namanya. Kekuatan juga harus dimunculkan untuk menjaga substansi tersebut. Kenyataannya apabila kekuatan itu tidak berada di tangan Parlemen dan tidak datang darinya, ia menimbulkan perpecahan. Tongkat ketaatan menjadi terbelah sehingga bertentangan dengan perintah Alquran yang berkata, “Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah dan jangan berpecah belah!”[1]

Masa kini adalah masa berjamaah. Sosok maknawiyah yang merupakan ruh jamaah lebih luat dan lebih kokoh daripada sosok pribadi. Ia lebih mampu menerapkan hukum-hukum syariat. Sosok khalifah dapat menunaikan tugasnya dengan bersandar kepada ruh maknawiyah tadi. Sosok maknawiyah memantulkan ruh bersama. Jika ia lurus, sinarnya akan lebih terang dan lebih cemerlang daripada sosok pribadi. Namun, jika rusak, kerusakannya akan menyebar lebih dari itu. Kebaikan dan keburukan hanya terbatas pada pribadi, sementara dalam jamaah ia tidak terbatas. Karena itu, janganlah kalian menghancurkan kebaikan yang dimenangkan terhadap luar dengan berbagai keburukan internal.

Kalian lebih mengetahui bahwa musuh abadi kalian senantiasa berusaha menghancurkan syiar-syiar Islam sehingga kalian harus menghidupkan syiar ini sekaligus menjaganya. Jika tidak, berarti secara tanpa sadar kalian membantu musuh yang memang sedang bersiap-siap menghabisi kalian. Sikap mengabaikan terhadap syiar agama menunjukkan kelemahan umat. Kelemahan ini mendorong musuh untuk menyerang kalian.

Cukuplah Allah bagi kami. Dia Sebaik-baik Pelindung, Sebaik-baik Pemelihara, dan Sebaik-baik Penolong.
-----------------------------------
[1] Q.S. Ali Imran: 103.
No Voice