Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 128
(1-357)
Ketahuilah bahwa Zat Yang Mahaesa yang berbuat pada banyak makhluk tidak harus bersentuhan dan berbaur bersama mereka; apalagi ada perbedaan substansi. Zat yang berbuat pada banyak makhluk sama seperti pimpinan yang berbuat kepada pasukan. Dengan satu kehendak dan satu perintah apa yang dilakukan bisa terwujud tanpa ada percampuran. Andaikan tugas-tugas kepemimpinan itu diserahkan kepada pasukan, tentu harus dengan cara turun ke lapangan atau merubah diri kepada substansi pimpinan. Dengan kedudukan-Nya yang Mahasuci, bersih, tinggi, dan agung Dia berbuat kepada kita seperti yang Dia kehendaki. Dia seperti mentari yang dekat dengan kita, namun kita jauh dari-Nya.
Ketahuilah wahai yang merasa nyaman dan puas dengan dunia, engkau seperti orang yang turun menggelinding dari atas istana. Lalu istana itupun runtuh terbawa bah. Sementara, air bah tersebut mengalir deras dari atas gunung. Gunung itupun jatuh akibat gempa hingga ke dalam bumi. Walhasil istana kehidupan runtuh. Usia bergerak cepat bagaikan kilat nyaris mengantarmu ke liang lahat. Perjalanan waktu begitu cepat berlalu sehingga mencengangkan akal. Perahu bumi berjalan bagaikan awan. Siapa yang berada di dalam kereta, bergerak dengan cepat sembari mengulurkan tangannya di tengah jalan kepada bunga-bunga berduri yang berada di pinggir jalan hingga duri itu mengoyak tangannya. Maka, tidak ada yang perlu dicela kecuali dirinya. Jika demikian kondisinya jangan kau arahkan pandangan dan tanganmu kepada bunga kehidupan dunia. Sebab, duri-duri derita perpisahan akan mengoyak hati di saat bersua; apalagi di saat benar-benar berpisah.
Wahai jiwa yang memerintahkan kepada keburukan, sembahlah dan mintalah kepada siapa yang kau kehendaki. Adapun diriku hanya akan menyembah Zat yang telah menciptakanku dan menundukkan mentari, bulan, langit, dan pohon untukku. Aku hanya meminta pertolongan kepada Zat yang mengangkutku pada kapal usia yang berenang di angkasa takdir sekaligus menundukkan kapal yang terbang di antara bintang-gemintang. Dia menaikkanku ke kereta waktu yang berjalan secepat kilat di muka bumi di bawah gunung kehidupan menuju pintu kubur di jalan keabadian. Dengan ijin-Nya aku duduk dan mengenang gerbong hari ini yang ujungnya bersambung dengan rangkaian masa lalu dan masa mendatang. Aku hanya berdoa dan meminta perlindungan kepada Zat yang menetapkan berbagai ketentuan yang menggerakkan kapal bumi, yang menghentikan putaran zaman dengan mengumpulkan mentari dan bulan, yang mengokohkan dunia yang cepat berubah dan runtuh dari ketinggian wujud menuju kedalaman lembah alam fana dengan mengganti bumi dengan selainnya. Pasalnya aku memiliki sejumlah harapan dan tujuan yang terkait dengan segala sesuatu. Harapanku terus menempel di atas sesuatu yang dilalui oleh perjalanan waktu dan ditinggalkan oleh dunia. Aku memiliki hubungan dan kenikmatan dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh penduduk langit dan bumi yang saleh. Aku hanya beribadah kepada Zat yang sebagaimana mendengar bisikan paling halus serta meluruskan harapan dan kecenderungan kalbuku yang paling samar, Dia juga menetapkan kebahagiaan abadi manusia yang diinginkan oleh akal dan hayalan dengan menegakkan kiamat dan mengganti dunia dengan akhirat. Tangan-Nya menggapai atom dan mentari. Atom tersebut tidaklah menjadi remeh sehingga lepas dari pantauan-Nya, sementara mentari itupun bukan sesuatu yang besar bagi kekuasaan-Nya.
Ketahuilah wahai yang merasa nyaman dan puas dengan dunia, engkau seperti orang yang turun menggelinding dari atas istana. Lalu istana itupun runtuh terbawa bah. Sementara, air bah tersebut mengalir deras dari atas gunung. Gunung itupun jatuh akibat gempa hingga ke dalam bumi. Walhasil istana kehidupan runtuh. Usia bergerak cepat bagaikan kilat nyaris mengantarmu ke liang lahat. Perjalanan waktu begitu cepat berlalu sehingga mencengangkan akal. Perahu bumi berjalan bagaikan awan. Siapa yang berada di dalam kereta, bergerak dengan cepat sembari mengulurkan tangannya di tengah jalan kepada bunga-bunga berduri yang berada di pinggir jalan hingga duri itu mengoyak tangannya. Maka, tidak ada yang perlu dicela kecuali dirinya. Jika demikian kondisinya jangan kau arahkan pandangan dan tanganmu kepada bunga kehidupan dunia. Sebab, duri-duri derita perpisahan akan mengoyak hati di saat bersua; apalagi di saat benar-benar berpisah.
Wahai jiwa yang memerintahkan kepada keburukan, sembahlah dan mintalah kepada siapa yang kau kehendaki. Adapun diriku hanya akan menyembah Zat yang telah menciptakanku dan menundukkan mentari, bulan, langit, dan pohon untukku. Aku hanya meminta pertolongan kepada Zat yang mengangkutku pada kapal usia yang berenang di angkasa takdir sekaligus menundukkan kapal yang terbang di antara bintang-gemintang. Dia menaikkanku ke kereta waktu yang berjalan secepat kilat di muka bumi di bawah gunung kehidupan menuju pintu kubur di jalan keabadian. Dengan ijin-Nya aku duduk dan mengenang gerbong hari ini yang ujungnya bersambung dengan rangkaian masa lalu dan masa mendatang. Aku hanya berdoa dan meminta perlindungan kepada Zat yang menetapkan berbagai ketentuan yang menggerakkan kapal bumi, yang menghentikan putaran zaman dengan mengumpulkan mentari dan bulan, yang mengokohkan dunia yang cepat berubah dan runtuh dari ketinggian wujud menuju kedalaman lembah alam fana dengan mengganti bumi dengan selainnya. Pasalnya aku memiliki sejumlah harapan dan tujuan yang terkait dengan segala sesuatu. Harapanku terus menempel di atas sesuatu yang dilalui oleh perjalanan waktu dan ditinggalkan oleh dunia. Aku memiliki hubungan dan kenikmatan dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh penduduk langit dan bumi yang saleh. Aku hanya beribadah kepada Zat yang sebagaimana mendengar bisikan paling halus serta meluruskan harapan dan kecenderungan kalbuku yang paling samar, Dia juga menetapkan kebahagiaan abadi manusia yang diinginkan oleh akal dan hayalan dengan menegakkan kiamat dan mengganti dunia dengan akhirat. Tangan-Nya menggapai atom dan mentari. Atom tersebut tidaklah menjadi remeh sehingga lepas dari pantauan-Nya, sementara mentari itupun bukan sesuatu yang besar bagi kekuasaan-Nya.
No Voice