Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 130
(1-357)
Ketahuilah bahwa bumi telah memberimu kenikmatan dan harta yang berada di tangannya dengan sangat murah. Andaikan kenikmatan merupakan harta milik dunia yang berharga, tentu engkau tidak bisa membeli satu delima meski dengan seluruh yang kau miliki sebab ia berasal dari seluruh bumi lewat beragam pohon dan ladangnya. Pada setiap benih Penciptanya tampak memberikan perhatian kepadanya sekaligus menghiasnya dengan sangat rapi. Dia kumpulkan di dalamnya semua yang terkumpul dengan perasaan yang sempurna dan kemahiran yang penuh hikmah. Dia memperlihatkannya dengan sejumlah warna, rasa, dan aroma guna menarik perhatian pembeli. Andaikan ia bukan ciptaan Zat yang sama sekali tidak berat dan sulit dalam menciptakannya di mana sama saja bagi-Nya antara benih dan taman, serta atom dan mentari, tentu tidak akan menjadi demikian. Sebab, Pencipta benih anggur dan delima yang diciptakan untuk memenuhi selera sementara sejumlah serangga dan binatang, tak memiliki perasaan, kehendak, pengetahuan, pilihan, dan kesempurnaan sehingga ia demikian murah—namun kreasi yang sangat rapi dan penuh hikmah menyanggah asumsi tersebut. Atau, Penciptanya adalah Zat yang wajib ada, Mahakuasa, Maha mengetahui, Maha Bijaksana, yang di tangan-Nya tergenggam kerajaan segala sesuatu.

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu cukup berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka, terjadilah ia.[1]

Allah tidak menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) melainkan hanya seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.[2]

Setiap ciptaan memiliki hikmah dan tujuan yang mengarah kepada manifestasi nama-Nya dan rahasia perbuatan-Nya, di luar manfaat parsial yang didapat oleh manusia. Tidak mungkin sumber dari karunia ini adalah kekuatan yang buta yang menghasilkan berbagai buah secara kebetulan. Pasalnya, karakteristiknya yang teratur dan penuh hikmah, serta sifat-sifatnya yang rapi dan memiliki cita rasa menolak adanya proses kebetulan dengan keras. Segala kemurahan dan kemudahan, baik dari kuantitas maupun kualitas, berikut kerapian dan keseimbangannya baik secara individu maupun caranya membuktikan kedermawanan, kebijaksanaan, dan kemahakuasaan mutlak Allah yang nikmat-Nya mencakup segala sesuatu.

Mahasuci Zat yang telah mengumpulkan kedermawanan mutlak dan puncak kebijaksanaan, serta memasukkan karunia yang tak terbatas pada tatanan-Nya yang sangat, neraca yang cermat, dan keadilan yang tepat, berupa organ sensorik. Organ inilah yang membuat gajah menolak serangga yang menggigit bagian tubuhnya yang besar, serta membuat manusia yang sombong terganggu oleh gigitan nyamuk sehingga berusaha membunuhnya di mana “Amat lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah.”[3]
--------------------------------
[1] Q.S. yasin: 82.

[2] Q.S. Luqman: 28.

[3] Q.S. al-Hajj: 73.
No Voice