Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 132
(1-357)
Ketidakmampuan manusia menjangkau hal-hal kecil bukan bersumber dari keagungan-Nya; namun bersumber dari keterbatasan dan kelemahan manusia itu sendiri. Tidakkah engkau menyaksikan setiap benih; bahkan setiap tetesan dan partikel kaca berisi bayangan mentari. Andaikan mereka bisa berbicara, tentu masing-masing akan berkata, “Mentari tersebut adalah milikku, ada padaku, dan bersamaku.” Tidak ada yang bersaing dan berlomba dengan partikel-partikel terkait hubungannya dengan mentari; entah itu planet atau lautan.” Sesuai dengan tingkat pengetahuan kita tentang kefakiran dan kehinaan kita yang tak terbatas, sejauh itu pula kedekatan kita bertambah. Betapa indah kesesuaian antara makhluk yang kefakiran dan kelemahannya tak terhingga dan Zat yang kekuasaan, kemuliaan, dan keagungan-Nya tak terhingga.
Mahasuci Zat yang memasukkan puncak kelembutan dalam puncak keagungan, puncak kasih sayang dalam puncak kegagahan, mengumpulkan puncak kedekatan dengan puncak kejauhan, mempersaudarakan antara pertikel dan mentari, serta memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan sejumlah kebalikannya.
Perhatikanlah bagaimana pengaturan langit dan bumi tidak melalaikan-Nya dari indahnya pemeliharaan terhadap kutu dan serangga. Pengaturan daratan dan lautan tidak melalaikan-Nya dari penciptaan lebah dan burung terkecil, serta dari burung, dari menghidupkan ikan-ikan kecil di dalam laut. Kerasnya terpaan badai di daratan dan murka laut tidak menyibukkan-Nya dari berbuat baik secara sempurna kepada hewan yang paling samar, yang paling lemah, dan paling kecil yang tinggal di tempat paling tersembunyi di kedalaman lautan dan deras ombaknya, serta di gelap malam dan gelap awan-Nya.
Senyum kasih sayang terlihat di celah-celah murka lautan dan di balik wajahnya yang masam. Pasalnya, laut ini menyeru lewat seruannya yang luas, “Wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Mahabesar, wahai Allah. Mahasuci Engkau. Betapa agung kebesaran-Mu.” Binatang kecil tersebut menyertainya dengan ucapannya yang pelan, “Wahai Yang Mahalembut, Wahai Yang Maha Pemurah, wahai Yang Maha Pemberi rezeki, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Allah, Mahasuci Engkau. Betapa lembut kebaikan-Mu.” Dalam kedua zikir yang saling beriringan itu serta dua tasbih yang saling berpadu terdapat bentuk pengabdian yang halus dan ubudiyah yang mulia kepada Zat Yang Mahaesa.
Ketahuilah bahwa yang terpenting dan yang paling wajib setelah pengetahuan tentang iman adalah amal saleh. Pasalnya Alquran yang bijak selalu befirman, “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh.”
Ya. Usia yang singkat ini tidak cukup kecuali untuk sesuatu yang lebih penting. Adapun ilmu-ilmu alam yang bersumber dari negeri asing cukup berbahaya, kecuali kalau memang ada kebutuhan mendesak dan untuk keperluan kreasi.
Ya Allah yang Maha Pengasih dari seluruh yang pengasih
Kasihi umat Muhammad saw dan terangi hati umat Muhammad saw
Dengan cahaya iman dan Alquran
Pancarkan petunjuk Alquran
Agungkan syariat Islam
Amin!
No Voice