Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 131
(1-357)
Ketahuilah wahai jiwa yang malang, engkau mencari semua kebutuhan seluruh tingkatan yang berbeda-beda, keperluan semua indera pada masing-masingnya, serta cita rasa perangkat halus pada tingkatan setiap perangkat, kilau setiap nama-Nya yang indah pada setiap nama, keagungan pemberi pengaruh di balik setiap ciptaan, serta karakteristik makna eksternal pada pengertian yang terlintas di benak. Maka, carilah dari setiap yang sesuai dengannya agar tidak dijerumuskan oleh ilusi.
Ketahuilah bahwa jika engkau melihat dirimu dengan kebesarannya engkau harus melihat kepada sesuatu yang lebih besar daripada dirimu, entah langit dan yang lainnya. Apabila engkau melihat yang lebih kecil daripada dirimu entah kutu atau serangga, lihatlah sel-sel badanmu dan masuklah ke dalam salah satunya. Kemudian perhatikan ia hingga engkau melihat nyamuk dan yang lebih besar daripadanya agar tidak luput darimu urgensi hikmah, rahmat, nikmat, dan bagusnya kreasi yang terdapat pada dirimu. Jika engkau melihat nikmat tak terhingga yang diberikan padamu, lihatlah kebutuhanmu, kelemahanmu, dan hikmat di balik nikmat yang ada agar nikmat tersebut tidak diremehkan.
Ya. Apakah rasa butuhmu kepada mata berkurang lantaran adanya mata pada semua binatang? Tentu tidak. Justru rasa butuh tersebut semakin bertambah.
Ketahuilah bahwa kehidupan yang terdapat pada setiap makhluk memiliki tujuan yang tak terhingga, satu kembali kepada makhluk hidup dan yang lain kembali kepada Zat Yang Menghidupkan sebanyak kepemilikan-Nya yang tak terkira. Orang besar tidak boleh sombong kepada yang kecil. Tidak ada yang sia-sia dalam realitas hidup. Kesia-siaan hanya terdapat dalam pandangan manusia yang tertipu yang mengira bahwa segala sesuatu untuk kepentingan dan keinginannya. İa menganggap tidak ada gunanya kecuali yang kembali kepadanya. Ya, jamuan yang terhidang di atas bumi merupakan bentuk kemurahan untuk manusia sesuai dengan rahasia pengangkatannya sebagai khalifah. Namun, hal itu dengan syarat harus sesuai dengan kemurahan tadi; bukan semata-mata untuknya dan untuk kepentingannya.
Ketahuilah barangkali ada yang berbisik kepadamu, “Engkau adalah salah satu di antara sekian banyak binatang yang jumlahnya tak terhingga. Semut adalah saudaramu. Lebah juga saudaramu. Engkau sangat jauh dari Zat yang melipat langit, “Sebagaimana menggulung lembaran - lembaran kertas.”[1] “Padahal pada hari kiamat seluruh bumi berada dalam genggaman-Nya dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.”[2]
Maka jawablah ia, “Kelemahanku, kefakiranku, dan kehinaanku yang tak terhingga disertai pengetahuanku tentang-Nya menjadi cermin bagi kekuasaan-Nya, kekayaan-Nya, dan kemuliaan-Nya yang tak terhingga. Inilah yang membuatku naik dari kedudukan hewani. Di antara tuntutan keagungan-Nya yang sempurna dan kekuasaan-Nya yang mencakup adalah ketika Dia mendengar seruanku, melihat kebutuhanku, di mana pengaturan langit dan bumi tak membuat-Nya lalai dari mengatur keadaanku yang hina.
--------------------------------------
[1] Q.S. al-Anbiyâ: 104.
[2] Q.S. az-Zumar: 67.
Ketahuilah bahwa jika engkau melihat dirimu dengan kebesarannya engkau harus melihat kepada sesuatu yang lebih besar daripada dirimu, entah langit dan yang lainnya. Apabila engkau melihat yang lebih kecil daripada dirimu entah kutu atau serangga, lihatlah sel-sel badanmu dan masuklah ke dalam salah satunya. Kemudian perhatikan ia hingga engkau melihat nyamuk dan yang lebih besar daripadanya agar tidak luput darimu urgensi hikmah, rahmat, nikmat, dan bagusnya kreasi yang terdapat pada dirimu. Jika engkau melihat nikmat tak terhingga yang diberikan padamu, lihatlah kebutuhanmu, kelemahanmu, dan hikmat di balik nikmat yang ada agar nikmat tersebut tidak diremehkan.
Ya. Apakah rasa butuhmu kepada mata berkurang lantaran adanya mata pada semua binatang? Tentu tidak. Justru rasa butuh tersebut semakin bertambah.
Ketahuilah bahwa kehidupan yang terdapat pada setiap makhluk memiliki tujuan yang tak terhingga, satu kembali kepada makhluk hidup dan yang lain kembali kepada Zat Yang Menghidupkan sebanyak kepemilikan-Nya yang tak terkira. Orang besar tidak boleh sombong kepada yang kecil. Tidak ada yang sia-sia dalam realitas hidup. Kesia-siaan hanya terdapat dalam pandangan manusia yang tertipu yang mengira bahwa segala sesuatu untuk kepentingan dan keinginannya. İa menganggap tidak ada gunanya kecuali yang kembali kepadanya. Ya, jamuan yang terhidang di atas bumi merupakan bentuk kemurahan untuk manusia sesuai dengan rahasia pengangkatannya sebagai khalifah. Namun, hal itu dengan syarat harus sesuai dengan kemurahan tadi; bukan semata-mata untuknya dan untuk kepentingannya.
Ketahuilah barangkali ada yang berbisik kepadamu, “Engkau adalah salah satu di antara sekian banyak binatang yang jumlahnya tak terhingga. Semut adalah saudaramu. Lebah juga saudaramu. Engkau sangat jauh dari Zat yang melipat langit, “Sebagaimana menggulung lembaran - lembaran kertas.”[1] “Padahal pada hari kiamat seluruh bumi berada dalam genggaman-Nya dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.”[2]
Maka jawablah ia, “Kelemahanku, kefakiranku, dan kehinaanku yang tak terhingga disertai pengetahuanku tentang-Nya menjadi cermin bagi kekuasaan-Nya, kekayaan-Nya, dan kemuliaan-Nya yang tak terhingga. Inilah yang membuatku naik dari kedudukan hewani. Di antara tuntutan keagungan-Nya yang sempurna dan kekuasaan-Nya yang mencakup adalah ketika Dia mendengar seruanku, melihat kebutuhanku, di mana pengaturan langit dan bumi tak membuat-Nya lalai dari mengatur keadaanku yang hina.
--------------------------------------
[1] Q.S. al-Anbiyâ: 104.
[2] Q.S. az-Zumar: 67.
No Voice