Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 135
(1-357)
Di dalamnya juga terdapat potensi yang mencerminkan keseluruhan alam laksana peta, indeks, dan contoh. Pusatnya hanya bisa menerima Zat Yang Mahaesa dan tunggal. Ia hanya ridha dengan keabadian. Benih ini yang merupakan biji kalbu, di mana airnya berupa Islam dan cahayanya berupa iman, jika sudah nyaman berada di bawah tanah penghambaan dan keikhlasan, lalu disiram dengan Islam, dan disadarkan dengan iman, maka ia akan menumbuhkan pohon bercahaya yang ideal yang bersumber dari alam perintah di mana ia merupakan ruh dari alam fisiknya. Jika tidak disiram, ia akan menjadi benih yang kering yang layak untuk dibakar dengan api sehingga berubah menjadi cahaya.
Betapa dalam benih terdapat banyak elemen-elemen halus dan kecil yang kurang dipedulikan. Namun, ternyata jika benihnya tersingkap, masing-masing memiliki tugas penting dan besar. Begitu pula dengan benih kalbu yang merupakan para pelayan yang tersembunyi dan tidur. Apabila terbangun dan merasa nyaman dengan kehidupan kalbu, mereka akan berjalan-jalan di taman alam laksana burung angkasa. Ia juga sangat senang hingga mengucap, “Segala puji bagi Allah atas seluruh ciptaan-Nya karena semua merupakan nikmat bagiku.” Bahkan, asumsi atau hayalan yang merupakan pelayan kalbu paling lemah memiliki tugas menakjubkan. Dengannya si pemilik yang terikat dalam penjara bisa masuk ke dalam taman indah sekaligus saat melakukan salat di Timur atau di Barat ia bisa meletakkan kepalanya di bawah hajar aswad, lalu meninggalkan dua syahadat di sana.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu memiliki alam khusus dari alam yang bersifat umum ini. Ia merupakan sumber dari alam umum, namun pusatnya adalah individu; sebagai ganti dari mentari. Kunci dari alam tersebut terdapat dalam diri manusia dan bergantung pada perangkat halusnya. Warna, kejernihan, keindahan dan keburukannya, cahaya dan gelapnya tergantung kepada pusat tadi. Sebagaimana taman yang berada dalam bayangan cermin mengikuti kondisi aslinya, begitu pula dengan alam pribadi. Ia mengikuti pusatnya. Satu noda dalam kalbumu bisa mengotori bintang alammu.
Ketahuilah bahwa sudah tiga puluh tahun aku berdebat dengan dua toghut: “aku” dan “materi” di alam ini. Terkait dengan “aku (ego)” ia merupakan cermin bayangan. Hanya saja, manusia melihatnya sebagai tujuan hakiki sehingga membangkang.
Adapun “materi” ia merupakan kreasi ilahi dan celupan Yang Mahakasih. Namun, manusia melihatnya dengan pandangan lalai sehingga materi berubah menjadi tuhan. Akhirnya, ia melahirkan sikap kufur nikmat yang mengantarkan kepada kekufuran.
Segala puji dan syukur bagi Allah. Berkat taufik-Nya dan berkat curahan Alquran, perdebatan tersebut berakhir dengan terbunuhnya kedua toghut tadi dan kehancuran dua berhala tersebut. Yakni lewat “titik, tetes, partikel, aroma, biji, dan benih.” Kreasi ilahi dan syariah yang bersifat fitri dan rabbani tersingkap dari hijab alam ilusi. Ia terlepas darinya; yakni siangnya dari malamnya. “Aku” tersingkap dari bayangan “Dia”. Ia terbelah menuju Dia yang mengarah kepada Zat Yang tiada yang serupa dengan-Nya.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu memiliki alam khusus dari alam yang bersifat umum ini. Ia merupakan sumber dari alam umum, namun pusatnya adalah individu; sebagai ganti dari mentari. Kunci dari alam tersebut terdapat dalam diri manusia dan bergantung pada perangkat halusnya. Warna, kejernihan, keindahan dan keburukannya, cahaya dan gelapnya tergantung kepada pusat tadi. Sebagaimana taman yang berada dalam bayangan cermin mengikuti kondisi aslinya, begitu pula dengan alam pribadi. Ia mengikuti pusatnya. Satu noda dalam kalbumu bisa mengotori bintang alammu.
Ketahuilah bahwa sudah tiga puluh tahun aku berdebat dengan dua toghut: “aku” dan “materi” di alam ini. Terkait dengan “aku (ego)” ia merupakan cermin bayangan. Hanya saja, manusia melihatnya sebagai tujuan hakiki sehingga membangkang.
Adapun “materi” ia merupakan kreasi ilahi dan celupan Yang Mahakasih. Namun, manusia melihatnya dengan pandangan lalai sehingga materi berubah menjadi tuhan. Akhirnya, ia melahirkan sikap kufur nikmat yang mengantarkan kepada kekufuran.
Segala puji dan syukur bagi Allah. Berkat taufik-Nya dan berkat curahan Alquran, perdebatan tersebut berakhir dengan terbunuhnya kedua toghut tadi dan kehancuran dua berhala tersebut. Yakni lewat “titik, tetes, partikel, aroma, biji, dan benih.” Kreasi ilahi dan syariah yang bersifat fitri dan rabbani tersingkap dari hijab alam ilusi. Ia terlepas darinya; yakni siangnya dari malamnya. “Aku” tersingkap dari bayangan “Dia”. Ia terbelah menuju Dia yang mengarah kepada Zat Yang tiada yang serupa dengan-Nya.
No Voice