Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 174
(1-357)
Ketahuilah wahai kalbu, setan mungkin telah mengacaukan pikiranmu dengan memperlihatkan sesuatu yang tak terhingga. Hal itu agar muncul sikap meremehkan nikmat yang datang padamu. Maka, dalam kondisi demikian, hendaknya engkau memperhatikan kebutuhanmu, jiwamu, kelemahanmu, hikmah di balik nikmat dan pemberian nikmat, manifestasi qudrat, pengetahuan, dan kehendak-Nya yang tak terbatas, tujuan keberadaanmu berikut hasilnya yang kembali kepada Pemiliknya yang hakiki yang mempunyai nama-nama mulia. Setan pembisik juga mengganggumu dengan mempergunakan ego dirimu dan sifat firaunisme jiwa dengan cara memperlihatkan binatang dan serangga kecil seraya berkata padamu, “Apa manfaat menciptakan binatang yang cepat mati ini?” Ia mencekoki dirimu dengan konsep kesia-siaan setelah sebelumnya mencekoki dengan satu pandangan bahwa tujuan hidup adalah kehidupan itu sendiri, serta bahwa hidup baru bernilai dengan kekal di dalamnya. Semua ini dilakukan oleh setan agar rahmat, nikmat, dan kreasi yang demikian indah ini menjadi tak bermakna di samping agar engkau lupa kepadanya. Karena itu, hadapilah ia dengan cara memperlihatkan langit berikut bintang-gemintangnya, serta bumi berikut binatangnya. Ini jika engkau melihatnya dengan memposisikan diri sebagai dirimu sendiri. Adapun jika engkau melihat makhluk yang lebih kecil daripada dirimu, lihatlah wahai sel besar kehidupan sel-sel tubuhmu yang mengagumkan, tugas butir-butir darah merah dan putih dalam darahmu yang terus mengalir selama engkau berada di dunia, serta halusnya perangkat yang mengelilingi kalbumu.

Ketahuilah wahai Barat! Tangan kananmu memegang filsafat yang menyesatkan dan sakit. Sementara tangan kirimu memegang peradaban yang berbahaya dan bodoh. Engkau menyatakan bahwa kebahagiaan manusia terletak pada keduanya. Tanganmu cacat dan persembahanmu sangat buruk.

Wahai penyebar kekufuran dan kekafiran, mungkinkah orang yang kalbu, akal, perasaan, dan jiwanya ditimpa berbagai musibah besar dapat menggapai kebahagiaan meski ia berada di puncak kemewahan dan tubuhnya penuh dengan perhiasan?! Bukankah orang yang hayalannya telah rusak, kehilangan harapan, dan putus asa terhadap urusan yang sederhana tidak mungkin bisa merasa bahagia, sementara nikmat terasa sebagai siksa dan dunia terasa sempit baginya?! Apalagi orang yang kalbu dan jiwanya sudah ditimpa oleh kekeringan spiritual dan kesesatan yang bisa memutuskan semua harapan dan menjadi sebab datangnya derita. Apakah orang yang jiwa dan kalbunya berada dalam neraka, sementara fisiknya berada sorga fiktif dan sementara bisa disebut bahagia?

Karena itu, wahai jiwa yang rusak perhatikan ayat-ayat yang dibacakan kepadamu. Aku akan menyebutkan satu saja di antara ribuan hal yang bisa menjerumuskan manusia. Akan memberikan sebuah contoh agar lebih jelas.
No Voice