Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 175
(1-357)
Di sini terdapat dua jalan. Kita berjalan melalui jalan ini. Lalu dalam perjalanan sepanjang mata memandang kita melihat pada setiap langkah seorang lelaki yang lemah tak berdaya diserang oleh sejumlah orang. Mereka merampas harta dan kendaraanya, serta merusak rumahnya. Mereka juga melukainya sehingga langit ikut menangisinya. Kemana saja kita mengarahkan pandangan kondisinya sama. Yang terdengar hanya teriakan orang zalim dan rintihan orang yang teraniaya. Duka menyelimuti mereka semua. Maka, karena “manusia ikut merasa sakit dengan derita yang dialami oleh orang lain” sementara jiwa ini tidak mampu menahan sakit sehebat itu, orang yang melihat terpaksa melepas rasa kemanusiaanya dan terus melihat kekejian tadi tanpa peduli dengan penderitaan orang selama dirinya selamat.
Wahai Barat, dengan kecerdikanmu yang picak, engkau telah mempersembahkan bencana kepada manusia. Lalu kau berikan untuk penyakit kronis ini sebuah obat untuk menghilangkan rasa sakit berupa sejumlah hiburan menarik dan berbagai kegilaan lainnya. Sungguh dirimu dan obatmu merupakan bencana.
Kemudian kita pergi menyusuri jalan lain. Pada setiap rumah, setiap tempat, dan setiap negeri terdapat beberapa pasukan yang sedang bertugas. Mereka menyebar di berbagai penjuru wilayah. Lalu sejumlah pesuruh datang untuk membebaskan sebagian mereka dari tugas yang ada. Pesuruh tadi mengambil senjata, kendaraan, dan segala peralatan mereka serta memberi sebuah kartu bebas tugas. Tentu saja mereka gembira lantaran telah bebas dan kembali kepada raja meski secara lahiriah pasukan tersebut tampak sedih karena meninggalkan sesuatu yang biasa bersamanya. Kita melihat kadangkala pesuruh tadi berhadapan dengan pasukan yang tidak mengenali mereka. Pasukan itupun berkata, “Aku adalah pasukan raja. Aku mengabdi kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Jika engkau datang dengan ijin dan rida-Nya maka aku tunduk. Namun, jika tidak, menyingkirlah diriku. Sebab aku akan memerangimu walaupun sendirian, sementara jumlahmu ribuan. Hal itu bukan untuk kepentingan diriku; tetapi untuk menjaga amanah raja serta untuk memelihara kemuliaanya. Demikianlah, kita melihat di sepanjang jalan dan perjalanan misi pengiriman pasukan dalam suasana gembira dan bahagia yang disebut dengan “kelahiran” dan pembebastugasan yang diiringi takbir dan suka cita yang disebut dengan “kematian”. Alquran mempersembahkan kepada manusia satu hadiah yang andaikan mereka berpegang padanya tentu mereka akan meniti jalan seperti jalan yang terakhir ini. Mereka tidak khawatir dan tidak juga bersedih.[1]
------------------------
[1] Q.S. Yunus: 62.
Wahai Barat, dengan kecerdikanmu yang picak, engkau telah mempersembahkan bencana kepada manusia. Lalu kau berikan untuk penyakit kronis ini sebuah obat untuk menghilangkan rasa sakit berupa sejumlah hiburan menarik dan berbagai kegilaan lainnya. Sungguh dirimu dan obatmu merupakan bencana.
Kemudian kita pergi menyusuri jalan lain. Pada setiap rumah, setiap tempat, dan setiap negeri terdapat beberapa pasukan yang sedang bertugas. Mereka menyebar di berbagai penjuru wilayah. Lalu sejumlah pesuruh datang untuk membebaskan sebagian mereka dari tugas yang ada. Pesuruh tadi mengambil senjata, kendaraan, dan segala peralatan mereka serta memberi sebuah kartu bebas tugas. Tentu saja mereka gembira lantaran telah bebas dan kembali kepada raja meski secara lahiriah pasukan tersebut tampak sedih karena meninggalkan sesuatu yang biasa bersamanya. Kita melihat kadangkala pesuruh tadi berhadapan dengan pasukan yang tidak mengenali mereka. Pasukan itupun berkata, “Aku adalah pasukan raja. Aku mengabdi kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Jika engkau datang dengan ijin dan rida-Nya maka aku tunduk. Namun, jika tidak, menyingkirlah diriku. Sebab aku akan memerangimu walaupun sendirian, sementara jumlahmu ribuan. Hal itu bukan untuk kepentingan diriku; tetapi untuk menjaga amanah raja serta untuk memelihara kemuliaanya. Demikianlah, kita melihat di sepanjang jalan dan perjalanan misi pengiriman pasukan dalam suasana gembira dan bahagia yang disebut dengan “kelahiran” dan pembebastugasan yang diiringi takbir dan suka cita yang disebut dengan “kematian”. Alquran mempersembahkan kepada manusia satu hadiah yang andaikan mereka berpegang padanya tentu mereka akan meniti jalan seperti jalan yang terakhir ini. Mereka tidak khawatir dan tidak juga bersedih.[1]
------------------------
[1] Q.S. Yunus: 62.
No Voice