Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 176
(1-357)
Wahai Barat, engkau mengira semua makhluk dari ikan yang paling kecil hingga malaikat yang paling besar memiliki dirinya sendiri serta bekerja untuk diri sendiri. Ia berusaha mendapatkan kenikmatannya. Ia memiliki hak hidup. Sementara, yang menjadi perhatian utamanya adalah bagaimana ia bisa eksis. Adapun kerjasama yang terlihat di antara mereka yang merupakan perintah Tuhan di mana tumbuhan memberi kepada hewan dan hewan memberi kepada manusia kau anggap sebagai “pertarungan”. Sampai-sampai engkau menilai kehidupan ini sebagai pertarungan. Mahasuci Allah, bagaimana mungkin pemberian makanan oleh partikel-partikel makanan yang dilakukan dengan penuh cinta untuk memenuhi nutrisi sel badan disebut sebagai pertarungan dan permusuhan?! Justru ia merupakan bentuk kerjasama sesuai perintah Tuhan Yang Maha Pemurah. Dalil bahwa makhluk hidup tidak memiliki dirinya sendiri adalah sebab yang paling mulia dan yang memiliki kehendak paling luas, yaitu manusia. Kenyataannya perbuatan-perbuatan yang paling memperlihatkan kehendak manusia seperti makan, berbicara, dan berpikir, tidak berada dalam wilayah kekuasaannya melainkan hanya satu dari seratus bagian yang ada. Apabila makhluk yang paling mulia dan memiliki kehendak luas tak bisa berbuat banyak untuk melakukan sesuatu secara hakiki, apalagi dengan seluruh binatang dan tumbuhan. Yang membuatmu terjatuh ke dalam pandangan keliru semacam itu adalah kecerdasanmu yang cacat. Pasalnya ia lupa kepada Tuhan Pencipta segala sesuatu dan bersandar kepada alam ilusi dengan menisbatkan makhluk kepada sebab. Ia membagi harta milik Allah kepada para toghut.
Dalam kondisi demikian, manusia dan setiap makhluk dipaksa untuk bertarung dengan musuh yang jumlahnya tak terhingga untuk mendapatkan kebutuhannya yang tak terkira dengan bekal kekuatan yang minim, kehendak yang tak bernilai, perasaan yang segera lenyap, kehidupan yang cepat padam, dan usia yang hanya sesaat. Padahal, semua yang ia miliki tak cukup untuk memenuhi satu kebutuhannya. Jika mendapat musibah ia meminta bantuan kepada sebab-sebab yang tuli dan buta. Permintaan orang-orang kafir berada dalam kesesatan. Kecerdasanmu yang pekat itu telah membalik siang manusia menjadi malam yang disinari oleh cahaya palsu. Ia merubah seluruh makhluk dalam pandangan para muridnya ibarat orang miskin yang diuji dengan orang-orang kejam sebagaimana yang kita saksikan pada jalan pertama. Dunia diliputi oleh duka massal, ucapan belasungkawa, dan rintihan anak yatim.
Ia merubah murid istimewanya menjadi firaun yang menyembah sesuatu yang paling hina. Ia memandang semua yang memberi manfaat sebagai tuhannya yang hidup dalam kehinaan lantaran kenikmatan yang diinginkan. Ia juga memeluk kaki setan hanya karena kepentingan yang rendah. Ia merubahnya muridnya menjadi tiran, namun karena tidak mempunyai pilar penopang akhirnya menjadi sangat lemah dan tak berdaya.
Dalam kondisi demikian, manusia dan setiap makhluk dipaksa untuk bertarung dengan musuh yang jumlahnya tak terhingga untuk mendapatkan kebutuhannya yang tak terkira dengan bekal kekuatan yang minim, kehendak yang tak bernilai, perasaan yang segera lenyap, kehidupan yang cepat padam, dan usia yang hanya sesaat. Padahal, semua yang ia miliki tak cukup untuk memenuhi satu kebutuhannya. Jika mendapat musibah ia meminta bantuan kepada sebab-sebab yang tuli dan buta. Permintaan orang-orang kafir berada dalam kesesatan. Kecerdasanmu yang pekat itu telah membalik siang manusia menjadi malam yang disinari oleh cahaya palsu. Ia merubah seluruh makhluk dalam pandangan para muridnya ibarat orang miskin yang diuji dengan orang-orang kejam sebagaimana yang kita saksikan pada jalan pertama. Dunia diliputi oleh duka massal, ucapan belasungkawa, dan rintihan anak yatim.
Ia merubah murid istimewanya menjadi firaun yang menyembah sesuatu yang paling hina. Ia memandang semua yang memberi manfaat sebagai tuhannya yang hidup dalam kehinaan lantaran kenikmatan yang diinginkan. Ia juga memeluk kaki setan hanya karena kepentingan yang rendah. Ia merubahnya muridnya menjadi tiran, namun karena tidak mempunyai pilar penopang akhirnya menjadi sangat lemah dan tak berdaya.
No Voice