Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 179
(1-357)
Selanjutnya kesepakatan mereka dalam mengingkari dan menafikan kebenaran sama sekali tidak kuat jika melihat kepada rahasia penafian. Dalam hal ini kekufuran merupakan bentuk penafian, pengingkaran, kebodohan, dan ketiadaan meski dalam bentuk penetapan. Misalnya jika seluruh penduduk Istambul mengaku tidak melihat hilal lalu ada dua orang saksi yang melihatnya, maka kedua orang itu lebih kuat ketimbang kesepakatan mereka lantaran penetapan tadi saling menguatkan di samping penetapan tersebut merujuk kepada persoalan yang sama sementara penafian merujuk kepada diri pihak yang menafikan. Contoh lain, andaikan awan menutupi permukaan langit lalu kita mengangkat kepala ke atas, maka yang bisa melihat mentari hanya sebagian kecil saja. Dalam kondisi demikian, apakah bisa diterima jika ada yang berkata bahwa pihak yang menafikan sangat banyak, sementara yang melihat hanya sedikit sehingga mengikuti yang lebih banyak lebih utama?! Tentu saja tidak bisa diterima. Pasalnya, orang yang tidak melihat berkata, “Menurutku dan dalam pandanganku, tidak ada matahari.” Artinya, bukan tidak ada matahari dalam kondisi yang sebenarnya di langit.
Jadi banyaknya orang yang membuat pengakuan dengan ungkapan semacam itu di antara mereka yang menafikan tidaklah saling menguatkan. Kesepakatan mereka senilai dengan satu orang ibarat berkumpul untuk memecahkan satu persoalan atau melewati satu celah yang sempit. Hal itu sangat berbeda dengan pihak-pihak yang menetapkan keberadaannya di mana mereka melihat satu hal yang sama karena objeknya satu dan saling menguatkan. Sama seperti kerjasama untuk mengangkat batu yang besar.
Ketahuilah wahai yang mendorong kaum muslimin untuk mencintai dunia serta mengajak mereka kepada kreasi dan kemajuannya. Perhatikanlah secara cermat sejumlah tali mereka yang bersambung dengan agama dan jangan sampai ada bagiannya yang terputus sebab bisa membahayakan kehidupan masyarakat. Sebab, seorang murtad tidak berhak hidup karena secara total sudah mengalami kerusakan berbeda dengan orang kafir. Syariah memberikan hak hidup kepada mereka. Orang fasik adalah pengkhianat dan tertolak kesaksiannya lantaran perasaannya telah rusak berbeda dengan kafir dzimmi menurut pandangan madzhab Hanafi.
Karena itu, perhatikan baik-baik! Jangan sampai engkau tertipu dengan banyaknya orang fasik. Orang fasik juga tidak rela dengan kefasikan; dan tidak sengaja terjerumus kepadanya. Setiap fasik selalu berharap bisa menjadi orang yang bertakwa serta ingin kalau pemimpinnya taat dan saleh. Kecuali kalau ia sudah murtad, naudzubillah. Apakah engkau mengira bahwa kaum muslimin tidak mencintai dunia serta harus diingatkan kepada bagian mereka dari dunia?! Tidak. Bahkan mereka tamak kepadanya.
Rasa tamak itulah yang menjadi sebab kegagalan mukmin. Faktor yang mengajak seseorang kepada dunia sangat banyak. Misalnya jiwanya, kebutuhannya, inderanya, hawa nafsunya, setannya, sahabat yang buruk, serta manisnya dunia. Sebaliknya, yang mengajak kepada akhirat sangat sedikit.
Jadi banyaknya orang yang membuat pengakuan dengan ungkapan semacam itu di antara mereka yang menafikan tidaklah saling menguatkan. Kesepakatan mereka senilai dengan satu orang ibarat berkumpul untuk memecahkan satu persoalan atau melewati satu celah yang sempit. Hal itu sangat berbeda dengan pihak-pihak yang menetapkan keberadaannya di mana mereka melihat satu hal yang sama karena objeknya satu dan saling menguatkan. Sama seperti kerjasama untuk mengangkat batu yang besar.
Ketahuilah wahai yang mendorong kaum muslimin untuk mencintai dunia serta mengajak mereka kepada kreasi dan kemajuannya. Perhatikanlah secara cermat sejumlah tali mereka yang bersambung dengan agama dan jangan sampai ada bagiannya yang terputus sebab bisa membahayakan kehidupan masyarakat. Sebab, seorang murtad tidak berhak hidup karena secara total sudah mengalami kerusakan berbeda dengan orang kafir. Syariah memberikan hak hidup kepada mereka. Orang fasik adalah pengkhianat dan tertolak kesaksiannya lantaran perasaannya telah rusak berbeda dengan kafir dzimmi menurut pandangan madzhab Hanafi.
Karena itu, perhatikan baik-baik! Jangan sampai engkau tertipu dengan banyaknya orang fasik. Orang fasik juga tidak rela dengan kefasikan; dan tidak sengaja terjerumus kepadanya. Setiap fasik selalu berharap bisa menjadi orang yang bertakwa serta ingin kalau pemimpinnya taat dan saleh. Kecuali kalau ia sudah murtad, naudzubillah. Apakah engkau mengira bahwa kaum muslimin tidak mencintai dunia serta harus diingatkan kepada bagian mereka dari dunia?! Tidak. Bahkan mereka tamak kepadanya.
Rasa tamak itulah yang menjadi sebab kegagalan mukmin. Faktor yang mengajak seseorang kepada dunia sangat banyak. Misalnya jiwanya, kebutuhannya, inderanya, hawa nafsunya, setannya, sahabat yang buruk, serta manisnya dunia. Sebaliknya, yang mengajak kepada akhirat sangat sedikit.
No Voice