Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 180
(1-357)
Misalnya semangat dan tekad. Apakah engkau mengira bahwa kita fakir karena sikap zuhud kita? Tidak. Tidakkah engkau melihat kaum majusi dan brahma serta orang-orang yang dikuasai oleh Barat lebih miskin daripada kita?! Atau, engkau buta sehingga tidak melihat bahwa sebagian besar kaum muslimin tidak lagi memiliki aset yang lebih dari kebutuhan primernya. Ia sudah dirampas oleh kaum kafir dengan segala tipu daya mereka. Jika dari peradaban mereka engkau mengharap adanya kemudahan dalam mengelola negara serta munculnya rasa aman, berarti engkau telah keliru jalan. Pasalnya, memimpin seratus orang fasik yang moral dan keyakinannya telah rusak jauh lebih sulit daripada memimpin ribuan orang taat. Orang-orang islam tidak perlu didorong untuk tamak kepada dunia. Namun, yang mereka butuhkan adalah adanya penataan usaha, kerjasama, dan saling percaya di antara mereka. Semua itu hanya bisa diraih dengan takwa.
Ketahuilah[1] bahwa Allah Swt. dengan segala kemurahan-Nya telah menyelipkan ganjaran atas sebuah pengabdian pada pengabdian itu sendiri. Dia memasukkan upah amal ke dalam amal itu sendiri. Sehingga seluruh entitas bahkan benda mati sekalipun melaksanakan perintah penciptaan-Nya dengan penuh kerinduan dan kenikmatan. Dengan itu mereka menjadi pantulan manifestasi nama-nama Cahaya segala cahaya. Misalnya butiran yang sepele dan gelap yang dengan kalbunya yang tulus menghadap kepada mentari. Ia menjumpaimu dengan wajah bersinar tersipu-sipu lantaran kalbunya sudah menjadi wadah bagi mentari. Bagaimana partikel dan seluruh susunannya tidak merasa senang menjadi wujud manifestasi nama Allah Yang Mahaagung dan Mahaindah di mana melaksanakan perintah-Nya kedudukannya menjadi naik seperti butiran yang tadinya kelam dan gelap berubah menjadi sangat jelas dan bersinar.
Perhatikanlah indera dan organ tubuhmu berikut sejumlah perangkatnya yang dipergunakan untuk memelihara eksistensi individu atau satu kelompok. Dengan pengabdian dan tugas yang dikerjakannya ia merasa senang sehingga ketika ditinggalkan justru tersiksa.
Lalu perhatikan kondisi binatang bagaimana mereka merasa senang dengan tugas-tugasnya. Engkau bisa melihat bagaimana ayam jantan misalnya lebih mengutamakan ayam betina ketimbang dirinya sendiri dengan mengajaknya untuk memakan makanan yang ia lihat; sementara ia sendiri tidak memakannya. Ia melakukan hal tersebut dengan penuh kecintaan, kenikmatan, dan kebanggaan. Demikian pula dengan ayam betina yang melindungi anak-anaknya yang masih kecil di mana ketika sudah besar mereka baru ditinggalkan. Hal ini sama seperti induk tumbuhan dan hewan lainnya. Dari sini jelas bahwa makhluk tidak bekerja untuk kepentingan dan kesempurnaan dirinya; tetapi untuk Zat yang menugaskannya serta memberikan rahmat kepadanya dengan menanamkan perasaan nikmat dalam melaksanakan tugas.
--------------------------------
[1] Lihat memoar kedelapan.
Ketahuilah[1] bahwa Allah Swt. dengan segala kemurahan-Nya telah menyelipkan ganjaran atas sebuah pengabdian pada pengabdian itu sendiri. Dia memasukkan upah amal ke dalam amal itu sendiri. Sehingga seluruh entitas bahkan benda mati sekalipun melaksanakan perintah penciptaan-Nya dengan penuh kerinduan dan kenikmatan. Dengan itu mereka menjadi pantulan manifestasi nama-nama Cahaya segala cahaya. Misalnya butiran yang sepele dan gelap yang dengan kalbunya yang tulus menghadap kepada mentari. Ia menjumpaimu dengan wajah bersinar tersipu-sipu lantaran kalbunya sudah menjadi wadah bagi mentari. Bagaimana partikel dan seluruh susunannya tidak merasa senang menjadi wujud manifestasi nama Allah Yang Mahaagung dan Mahaindah di mana melaksanakan perintah-Nya kedudukannya menjadi naik seperti butiran yang tadinya kelam dan gelap berubah menjadi sangat jelas dan bersinar.
Perhatikanlah indera dan organ tubuhmu berikut sejumlah perangkatnya yang dipergunakan untuk memelihara eksistensi individu atau satu kelompok. Dengan pengabdian dan tugas yang dikerjakannya ia merasa senang sehingga ketika ditinggalkan justru tersiksa.
Lalu perhatikan kondisi binatang bagaimana mereka merasa senang dengan tugas-tugasnya. Engkau bisa melihat bagaimana ayam jantan misalnya lebih mengutamakan ayam betina ketimbang dirinya sendiri dengan mengajaknya untuk memakan makanan yang ia lihat; sementara ia sendiri tidak memakannya. Ia melakukan hal tersebut dengan penuh kecintaan, kenikmatan, dan kebanggaan. Demikian pula dengan ayam betina yang melindungi anak-anaknya yang masih kecil di mana ketika sudah besar mereka baru ditinggalkan. Hal ini sama seperti induk tumbuhan dan hewan lainnya. Dari sini jelas bahwa makhluk tidak bekerja untuk kepentingan dan kesempurnaan dirinya; tetapi untuk Zat yang menugaskannya serta memberikan rahmat kepadanya dengan menanamkan perasaan nikmat dalam melaksanakan tugas.
--------------------------------
[1] Lihat memoar kedelapan.
No Voice