Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 178
(1-357)
Petunjuk Alquran berbunyi: Wahai manusia, apa yang berada di tanganmu adalah amanah. Ia milik Tuhan Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu, dan penyayang kepada-Mu. Ia Maha pemurah dengan membeli darimu milik-Nya sendiri yang berada di tangan-Mu guna Dia pelihara untukmu agar tidak lenyap. Dia memberikan harga yang besar untukmu padahal engkau adalah pesuruh dan pegawai seperti pasukan. Karena itu, bekerjalah atas nama-Nya. Dia yang memberikan kebutuhanmu sekaligus memeliharamu dari sesuatu yang tidak mampu kau hadapi.
Tujuan hidupmu adalah menjadi manifestasi nama-nama dan sifat-Nya. Apabila terkena musibah, ucapkan, “Innâ lillâh (Kami adalah milik Allah) dan mengabdi kepada-Nya. Jika engkau wahai musibah datang dengan ijin dan rida-Nya, maka selamat datang bagimu. Innâ ilayhi râji’ûn (kami juga kembali kepada-Nya). Kami rindu ingin melihat-Nya. Suatu saat Dia akan membebaskan kami dari beban kehidupan. Karena itu, jika engkau datang dengan kehendak dan perintah-Nya semata tanpa ijin dan rida-Nya, sekuat tenaga aku tidak akan menyerahkan amanah ini kepada yang tidak amanah.”
Pada hakikatnya demikianlah kondisi yang ada. Namun, derajat manusia terkait dengan petunjuk dan kesesatan berbeda-beda. Tingkat kelalaian manusia juga berbeda. Hanya saja, kelalaian bisa membuat manusia kehilangan kesadaran sampai pada tingkat di mana para materialis tidak merasakan sakit yang diderita. Namun, seiring dengan semakin bertambahnya kepekaan ilmiah dan peringatan akan kematian, kelalaian tadi mulai terbelah. Sungguh celaka orang yang tersesat oleh toghut asing.
Wahai para pemuda Turki, apakah setelah melihat kezaliman dan permusuhan Barat terhadap kalian , kalian masih akan mengikuti kebodohan dan pandangan mereka? Atau, secara tanpa sadar kalian ikut serta dalam barisan mereka?! Kalau begitu berarti kalian berdusta kalau mengaku merasa mulia. Sebab, sikap mengekor semacam itu merupakan bentuk pelecehan terhadap agama. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua menuju jalan yang lurus.
Ketahuilah wahai yang menganggap banyak jumlah kaum kafir dan risau dengan kesepakatan mereka dalam mengingkari sejumlah hakikat iman.
Pertama, yang dinilai bukan kuantitasnya. Sebab, manusia jika tidak menjadi manusia sejati berarti berbalik menjadi hewan dan setan. Pasalnya, apabila manusia demikian tamak seperti orang-orang yang mengingkari agama, ia menjadi lebih seperti hewan. Engkau bisa melihat jumlah hewan yang tak terhingga dan sedikitnya jumlah manusia, padahal ia merupakan khalifah.
Kedua, sikap ingkar merupakan bentuk penafian, sementara seribu penafian tidak bisa mengalahkan dua orang yang menetapkan.
Barangkali engkau bertanya, apa itu kafir? Jawabannya, orang kafir adalah yang tidak memiliki agama. Ia sejenis binatang ciptaan Allah yang rendah yang diciptakan untuk memakmurkan dunia dan neraka. Mereka semua adalah satu jika diukur dengan tingkatan nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman.
Tujuan hidupmu adalah menjadi manifestasi nama-nama dan sifat-Nya. Apabila terkena musibah, ucapkan, “Innâ lillâh (Kami adalah milik Allah) dan mengabdi kepada-Nya. Jika engkau wahai musibah datang dengan ijin dan rida-Nya, maka selamat datang bagimu. Innâ ilayhi râji’ûn (kami juga kembali kepada-Nya). Kami rindu ingin melihat-Nya. Suatu saat Dia akan membebaskan kami dari beban kehidupan. Karena itu, jika engkau datang dengan kehendak dan perintah-Nya semata tanpa ijin dan rida-Nya, sekuat tenaga aku tidak akan menyerahkan amanah ini kepada yang tidak amanah.”
Pada hakikatnya demikianlah kondisi yang ada. Namun, derajat manusia terkait dengan petunjuk dan kesesatan berbeda-beda. Tingkat kelalaian manusia juga berbeda. Hanya saja, kelalaian bisa membuat manusia kehilangan kesadaran sampai pada tingkat di mana para materialis tidak merasakan sakit yang diderita. Namun, seiring dengan semakin bertambahnya kepekaan ilmiah dan peringatan akan kematian, kelalaian tadi mulai terbelah. Sungguh celaka orang yang tersesat oleh toghut asing.
Wahai para pemuda Turki, apakah setelah melihat kezaliman dan permusuhan Barat terhadap kalian , kalian masih akan mengikuti kebodohan dan pandangan mereka? Atau, secara tanpa sadar kalian ikut serta dalam barisan mereka?! Kalau begitu berarti kalian berdusta kalau mengaku merasa mulia. Sebab, sikap mengekor semacam itu merupakan bentuk pelecehan terhadap agama. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua menuju jalan yang lurus.
Ketahuilah wahai yang menganggap banyak jumlah kaum kafir dan risau dengan kesepakatan mereka dalam mengingkari sejumlah hakikat iman.
Pertama, yang dinilai bukan kuantitasnya. Sebab, manusia jika tidak menjadi manusia sejati berarti berbalik menjadi hewan dan setan. Pasalnya, apabila manusia demikian tamak seperti orang-orang yang mengingkari agama, ia menjadi lebih seperti hewan. Engkau bisa melihat jumlah hewan yang tak terhingga dan sedikitnya jumlah manusia, padahal ia merupakan khalifah.
Kedua, sikap ingkar merupakan bentuk penafian, sementara seribu penafian tidak bisa mengalahkan dua orang yang menetapkan.
Barangkali engkau bertanya, apa itu kafir? Jawabannya, orang kafir adalah yang tidak memiliki agama. Ia sejenis binatang ciptaan Allah yang rendah yang diciptakan untuk memakmurkan dunia dan neraka. Mereka semua adalah satu jika diukur dengan tingkatan nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang beriman.
No Voice