Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 185
(1-357)
Adapun Alquran yang merupakan kitab sifat kalam, merupakan penafsir kitab yang tersembunyi dan yang tampak sekaligus merupakan indeks kedua babnya dan ikhtisar dari dua genggaman-Nya.

Di antara rambu tiga kitab yang bersumber dari tiga sifat-Nya: ilmu, qudrat, dan kalam, semua makhluk hidup, bahkan segala sesuatu ibarat pasukan yang sedang bertugas dan hamba yang mendapat perintah. Ia bekerja untuk Raja yang memilikinya; bukan untuk dirinya dan bukan pula untuk kesenangan pribadi. Namun, kesenangannya terletak pada tugas yang dilaksanakan. Siapa yang menganggap dirinya adalah pemilik, ia binasa.

Ketahuilah bahwa langit tercipta tanpa ada cacat. Penciptanya Mahamulia, Mahaagung, dan Mahabesar sehingga tidak sulit bagi-Nya menghadirkan setiap partikel yang berada di dalamnya serta mengeluarkan dari kerajaan-Nya. Karena adanya interaksi yang sempurna antar bagian spesies, maka Pencipta spesies seperti ikan dan lalat misalnya sudah pasti juga merupakan Pencipta spesies lainnya. Dia Pemilik kerajaan dan semua pujian. Dia yang mencipta dan memerintah. Tiada Tuhan selain Dia.

Ketahuilah![1] Nabi saw dan kenabian beliau merupakan rangkuman kesempurnaan dan kebaikan. Jalan dan agamanya merupakan indeks kebahagiaan dan keindahan. Kita bisa melihat di alam ini kesempurnaan puncak, kebenaran yang berucap, kebaikan yang mulia, dan keindahan yang bersinar. Yang pasti kebenaran dan hakikat ada bersama Nabi saw, sementara kesesatan, ilusi, dan ketiadaan berada di seberangnya. Engkau bisa melihat beribu-ribu indahnya pengabdian yang dibawa oleh Nabi saw kepada Zat Yang Mahaesa. Yaitu bagaimana beliau menyatukan hati para ahli tauhid dan mengumpulkan bahasa mereka dalam aktivitas seperti salat hari raya, salat jumat, dan salat berjamaah. Beliau menerima agungnya seruan Tuhan lewat semua suara kalbu, berikut doa dan zikirnya dalam kondisi yang saling menguatkan dan bersaut-sautan seolah-olah bumi itu sendiri yang bersuara, ia dan seluruh penjurunya melaksanakan salat dan perintah yang berbunyi, “Dirikanlah salat!” Perintah tersebut turun dari kemuliaan dan keagungan-Nya dari atas langit yang tujuh.

Dengan itu, manusia sebagai makhluk yang lemah meski kecil dan sama seperti partikel lain yang terdapat di alam, namun ia menjadi hamba yang dicinta oleh Pencipta langit dan bumi, pemimpin seluruh hewan, dan tujuan penciptaan alam. Tidakkah engkau melihat andaikan semua suara makhluk yang bertakbir yang berjumlah ratusan juta dalam waktu bersamaan dengan mengucap, Allahu Akbar, pada salat hari raya dan setelah salat-salat berjamaah, hal itu menyamai takbir bola bumi kalau saja ia bertakbir. Seakan-akan bumi pada hari raya berguncang hebat lalu mengagungkan Allah lewat seluruh penjurunya. Dari lubuk kalbu kiblatnya dan dengan suara Mekkahnya ia mengucap Allahu Akbar. Kata tersebut keluar dengan terwujud dalam rongga mulut kaum beriman yang menyebar di seluruh penjuru dunia. Juga, di tepi barzakh dan langit. Mahamulia Zat yang telah menciptakan, membentangkan, dan menjadikannya sebagai masjid bagi hamba-Nya.
---------------------------------
[1] Lihat memoar kesembilan.
No Voice