Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 187
(1-357)
Ketahuilah, aku telah menuliskan munajat kalbu kepada Tuhan meski semestinya disembunyikan dan dirahasiakan. Hal itu lantaran aku mengharap rahmat-Nya agar Dia menerima tutur tulisanku sebagai ganti dari diriku manakala maut telah membekukan lisan. Munajat tersebut adalah sebagai berikut:
Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah!
Lantaran buruknya pilihan, aku telah menyia-nyiakan usia dan masa mudaku. Buah yang tersisa darinya hanya derita yang menyakitkan, bencana yang merugikan dan menyesatkan, serta bisikan yang menggelisahkan dan melemahkan. Dengan beban yang berat, kalbu yang sakit, dan wajah malu aku mendekat sama seperti nenek moyang, kekasih, kerabat, dan kelogaku menuju pintu kubur. Sebuah rumah kesendirian di jalan keabadian untuk sebuah perpisahan dari negeri yang pasti fana, lenyap, dan berlalu, serta menipu orang sepertiku, pemilik nafsu ammarah.
Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah!
Tampaknya sebentar lagi aku akan memakai kafan, mengendarai keranda, berpisah dengan orang-orang tercinta, dan menuju ke dalam pintu makam. Karena itu, aku menyeru di pintu rahmat-Mu:
Aku memohon keselamatan, aku memohon keselamatan. Wahai Yang Mahakasih dan Maha Memberi, selamatkan diriku dari malu akibat maksiat.
Oh, kafanku telah menutupi leher dan aku sudah berada di tepi kubur. Kuangkat kepala menuju pintu rahmat-Mu seraya menyeru:
Aku memohon keselamatan, aku memohon keselamatan. Wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang, lepaskan aku dari beratnya beban dosa.
Oh, aku telah dibungkus dengan kafan, menempati kuburan, dan ditinggalkan oleh para pelayat. Aku menantikan maaf dan rahmat-Mu. Aku bersaksi tiada tempat berlindung dan selamat kecuali dengan menuju kepada-Mu. Aku menyeru:
Aku memohon keselamatan, aku memohon keselamatan dari sempitnya tempat ini, dari kegalauan akibat maksiat, dan dari buruknya wajah dosa. Wahai Yang Maha Pengasih, Pemberi, dan Pemberi balasan, selamatkan diriku dari jerat dosa dan kesalahan.
Wahai Tuhan, rahmat-Mu adalah tempatku berlindung dan wasilahku. Kuadukan pada-Mu duka dan laraku.
Wahai Penciptaku Yang Maha Pemurah, Wahai Tuhanku Yang Maha Penyayang, Wahai Tuan dan Majikanku,
Makhluk, ciptaan, dan hamba-Mu yang penuh dosa, lemah, lalai, bodoh, sakit, hina, bersalah, malang, dan celaka ini telah kembali setelah empat puluh tahun menuju pintu-Mu. Ia mengharap rahmat-Mu, mengakui dosa dan semua kesalahan, diuji dengan ilusi dan sakit, serta bersimpuh kepada-Mu. Jika engkau menerima, mengampuni, dan mengasihi, Engkau memang layak atasnya dan Engkau Maha Pengasih. Namun, jika tidak, pintu mana yang bisa dituju selain pintu-Mu, sementara Engkau adalah Tuhan dan Sesembahan yang benar. Tiada Tuhan selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu.
Akhirnya, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah.
Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah!
Lantaran buruknya pilihan, aku telah menyia-nyiakan usia dan masa mudaku. Buah yang tersisa darinya hanya derita yang menyakitkan, bencana yang merugikan dan menyesatkan, serta bisikan yang menggelisahkan dan melemahkan. Dengan beban yang berat, kalbu yang sakit, dan wajah malu aku mendekat sama seperti nenek moyang, kekasih, kerabat, dan kelogaku menuju pintu kubur. Sebuah rumah kesendirian di jalan keabadian untuk sebuah perpisahan dari negeri yang pasti fana, lenyap, dan berlalu, serta menipu orang sepertiku, pemilik nafsu ammarah.
Wahai Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah!
Tampaknya sebentar lagi aku akan memakai kafan, mengendarai keranda, berpisah dengan orang-orang tercinta, dan menuju ke dalam pintu makam. Karena itu, aku menyeru di pintu rahmat-Mu:
Aku memohon keselamatan, aku memohon keselamatan. Wahai Yang Mahakasih dan Maha Memberi, selamatkan diriku dari malu akibat maksiat.
Oh, kafanku telah menutupi leher dan aku sudah berada di tepi kubur. Kuangkat kepala menuju pintu rahmat-Mu seraya menyeru:
Aku memohon keselamatan, aku memohon keselamatan. Wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang, lepaskan aku dari beratnya beban dosa.
Oh, aku telah dibungkus dengan kafan, menempati kuburan, dan ditinggalkan oleh para pelayat. Aku menantikan maaf dan rahmat-Mu. Aku bersaksi tiada tempat berlindung dan selamat kecuali dengan menuju kepada-Mu. Aku menyeru:
Aku memohon keselamatan, aku memohon keselamatan dari sempitnya tempat ini, dari kegalauan akibat maksiat, dan dari buruknya wajah dosa. Wahai Yang Maha Pengasih, Pemberi, dan Pemberi balasan, selamatkan diriku dari jerat dosa dan kesalahan.
Wahai Tuhan, rahmat-Mu adalah tempatku berlindung dan wasilahku. Kuadukan pada-Mu duka dan laraku.
Wahai Penciptaku Yang Maha Pemurah, Wahai Tuhanku Yang Maha Penyayang, Wahai Tuan dan Majikanku,
Makhluk, ciptaan, dan hamba-Mu yang penuh dosa, lemah, lalai, bodoh, sakit, hina, bersalah, malang, dan celaka ini telah kembali setelah empat puluh tahun menuju pintu-Mu. Ia mengharap rahmat-Mu, mengakui dosa dan semua kesalahan, diuji dengan ilusi dan sakit, serta bersimpuh kepada-Mu. Jika engkau menerima, mengampuni, dan mengasihi, Engkau memang layak atasnya dan Engkau Maha Pengasih. Namun, jika tidak, pintu mana yang bisa dituju selain pintu-Mu, sementara Engkau adalah Tuhan dan Sesembahan yang benar. Tiada Tuhan selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu.
Akhirnya, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah.
No Voice