Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 191
(1-357)
Sejumlah keindahan tersebut bukan untuk makhluk yang tak berakal. Namun, ia dipersembahkan untuk makhluk yang mendengar dan melihat. Di samping itu, masih ada dekorasi yang menarik, perhiasan yang memikat, sejumlah ungkapan kasih dan simpati, berbagai bentuk perkenalan, serta senyuman, isyarat, manifestasi, dan berbagai kondisi lain yang nyaris bisa bertutur meski tidak kita lihat secara jelas di pentas dunia dari kalangan yang melihat dan berakal. Terkecuali jin dan manusia yang kelalaian telah membuat sebagian besar mereka seperti anak kecil yang buta yang berada dalam kegelapan materi.

Dengan intuisi yang benar, keniscayaan yang tak dapat dibantah, serta aksioma yang rasional, alam ini pasti dipenuhi oleh mereka yang bisa mengambil pelajaran dan bertasbih di luar jin dan manusia. Hal tersebut seperti yang ditegaskan oleh Allah,

Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.[1]

Ketahuilah! Sesuai dengan kadar luasnya kekuasaan qudrat Allah pada setiap bagian dan bertambahnya cermin bayangan membuat perhatian kepada satu individu bertambah kuat. Jangan engkau berkata, “Aku hanya setetes air di lautan sehingga terlupakan.” Tidak. Namun, laut menjadi saksi atasmu sesuai dengan keterliputanmu olehnya dalam satu keteraturan yang kokoh pada seluruh makhluk sepertimu. Bertambah kecil dan samar sesuatu bertambah pula perhatian terhadapnya. Ia tidak terabaikan serta tidak dibiarkan diintervensi pihak luar sehingga posisinya sebagai makhluk semakin terlihat.

Bukankah engkau melihat pusat lebih terlindung dari penguasaan pihak luar dan berbagai serangan, benih lebih terjaga dari proses kebetulan dan terpaan badai, serta perhatian terhadapnya lebih kuat?

Wahai manusia, engkau adalah benih bumi, sementara bumi adalah telur alam. Dari sini dapat dipahami mengapa Alquran sering menyebut penciptaan langit dan bumi sekaligus menjadikannya sebagai perlambang bagi penciptaan segala sesuatu.

Ketahuilah! Perhatikan kesempurnaan nikmat dalam kesempurnaan hikmah, kesempurnaan hikmah dalam kesempurnaan tatanan, serta kesempurnaan tatanan dalam kesempurnaan timbangan pada penciptaan panca indera manusia. Pasalnya, Sang Pencipta menciptakannya dengan satu kondisi serta melengkapinya dengan sejumlah perangkat yang dengan itu manusia bisa merasa. Tuhan juga membuatnya bisa mengecap karakteristik semua jenis buah, bunga, suara, aroma, serta yang lainnya sehingga dalam indera pengecap terdapat daya rasa yang halus, cermat, dan teratur sebanyak rasa seluruh jenis buah. Demikian pula dengan indera pendengaran yang bisa mengetahui karakteristik dari suara yang tak terhingga banyaknya. Hal yang sama berlaku pada indera-indera yang lain; terutama indera batini yang lebih kaya dan lebih rumit.
--------------------------
[1] Q.S. al-Isrâ: 44.
No Voice