Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 192
(1-357)
Dari sini universalitas fitrah manusia sampai ke tingkat yang membuat manusia menjadi wujud dari nama-nama Penciptanya yang tak terhingga sekaligus mencicipi berbagai nikmat yang tak terkira.
Engkau wahai manusia seperti pusat jaringan telepon. Sebagaimana untuk berkomunikasi dengan setiap tempat di sebuah daerah diperlukan kode khusus, maka untuk bisa merasakan semua nikmat-Nya serta untuk menyadari nikmat keberadaanmu yang menampilkan berbagai manifestasi-Nya dalam dirimu terdapat kode khusus yang digantungkan di kepala dan jiwamu. Pergunakannya ia sesuai dengan keinginan Penciptanya dengan cara bergerak sesuai timbangan syariat-Nya.
Dari sini terdapat perbedaan yang tak terkira antara tingkat kenikmatan yang dirasakan oleh dua orang manusia meski berada di taman dan tempat yang sama. Kabar gembira dari Rasulullah saw, “Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai,”[1] bisa menyatukan antara yang paling rendah dan yang paling mulia.
Ketahuilah! Percampuran antara berbagai serpihan dan bagian yang tampak tidak teratur dan seimbang bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Tetapi ia bersumber dari bentuk keteraturan menuju tulisan kitab. Hanya saja, tulisan tersebut tidak bisa dibaca dengan mudah oleh pandangan lahiri yang buta yang melihat pantulannya dalam cermin ilusi.
Bukankah engkau bisa melihat bahwa serpihan tersebut andai berupa benih jika sudah tumbuh akan memperlihatkan keteraturan yang sempurna. Ia merupakan tulisan aneh milik pena takdir.
Ketahuilah! Argumen yang pasti pada stempel kenabian Muhammad saw., mengantarkan batas-batas agama pada setiap kaidahnya kepada satu batas yang paling luas, paling sempurna, dan paripurna.
Misalnya dalam persoalan tauhid dan pemeliharaan Tuhan. Dia befirman,
Dalam genggaman-Nya terdapat kerajaan segala sesuatu.[2]
Dia memegang ubun-ubun segala sesuatu.[3]
Langit terlipat di tangan kanan-Nya.[4]
---------------------------------------------------------
[1] H.R. al-Bukhârî dalam al-Adab 96 dan Muslim no. 2640 dari Abu Musa asl-Asy’ari. Ia juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/392, 395, 405 serta Ibnu Hibban 557.
[2] Q.S. Yasin: 83.
[3] Q.S. Hûd: 56.
[4] Q.S. az-Zumar: 67.
Engkau wahai manusia seperti pusat jaringan telepon. Sebagaimana untuk berkomunikasi dengan setiap tempat di sebuah daerah diperlukan kode khusus, maka untuk bisa merasakan semua nikmat-Nya serta untuk menyadari nikmat keberadaanmu yang menampilkan berbagai manifestasi-Nya dalam dirimu terdapat kode khusus yang digantungkan di kepala dan jiwamu. Pergunakannya ia sesuai dengan keinginan Penciptanya dengan cara bergerak sesuai timbangan syariat-Nya.
Dari sini terdapat perbedaan yang tak terkira antara tingkat kenikmatan yang dirasakan oleh dua orang manusia meski berada di taman dan tempat yang sama. Kabar gembira dari Rasulullah saw, “Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai,”[1] bisa menyatukan antara yang paling rendah dan yang paling mulia.
Ketahuilah! Percampuran antara berbagai serpihan dan bagian yang tampak tidak teratur dan seimbang bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Tetapi ia bersumber dari bentuk keteraturan menuju tulisan kitab. Hanya saja, tulisan tersebut tidak bisa dibaca dengan mudah oleh pandangan lahiri yang buta yang melihat pantulannya dalam cermin ilusi.
Bukankah engkau bisa melihat bahwa serpihan tersebut andai berupa benih jika sudah tumbuh akan memperlihatkan keteraturan yang sempurna. Ia merupakan tulisan aneh milik pena takdir.
Ketahuilah! Argumen yang pasti pada stempel kenabian Muhammad saw., mengantarkan batas-batas agama pada setiap kaidahnya kepada satu batas yang paling luas, paling sempurna, dan paripurna.
Misalnya dalam persoalan tauhid dan pemeliharaan Tuhan. Dia befirman,
Dalam genggaman-Nya terdapat kerajaan segala sesuatu.[2]
Dia memegang ubun-ubun segala sesuatu.[3]
Langit terlipat di tangan kanan-Nya.[4]
---------------------------------------------------------
[1] H.R. al-Bukhârî dalam al-Adab 96 dan Muslim no. 2640 dari Abu Musa asl-Asy’ari. Ia juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/392, 395, 405 serta Ibnu Hibban 557.
[2] Q.S. Yasin: 83.
[3] Q.S. Hûd: 56.
[4] Q.S. az-Zumar: 67.
No Voice