Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 195
(1-357)
Sisi kanan masa laluku berupa kebun-kebun yang dihiasi oleh orang-orang saleh, diterangi oleh para nabi dan wali yang di bawah mereka mengalir sungai perjalanan waktu, sementara mereka kekal dalam keabadian. Di sisi kiriku terdapat sorga Firdaus yang memancarkan harapan dan angan-angan akan kasih sayang Tuhan.

Di atasku terdapat awan rahmat yang mengalirkan air kehidupan. Sementara di celah-celahnya mentari dengan sinar petunjuk dan kebahagiaan abadi sedang tersenyum. Lalu, sejumlah entitas yang terdapat di depanku adalah saudara-saudaraku, kekasihku, dan binatang yang bersahabat di mana gelapnya kesesatan menggambarkannya sebagai binatang buas yang menakutkan. Di saat itulah tergambar firman Allah yang berbunyi,

Allah adalah Pelindung bagi orang-orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir, pelindung mereka adalah toghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kelegelapan.[1]

Wahai Cahaya segala cahaya, dengan kebenaran nama-Mu, an-Nur, keluarkan kami dari kegelapan menuju cahaya. Amin.

Ketahuilah wahai Said yang gila dan sedih! Engkau seperti anak kecil yang bodoh yang duduk di atas tepi pantai. Ia terus menangis lantaran hilangnya butiran bayangan mentari. Setiap kali ada yang hilang ia menangisinya karena mengira mentari tadi lenyap. Iapun bisa menangis karena bayangan mentari tadi dikotori dan bercampur dengan berbagai benda padat. Ia baru mengangkat kepala ketika memahami bahwa zat aslinya tidak ikut lenyap seiring dengan lenyapnya cermin manifestasinya. Bahkan, pada apa yang kau lihat tidak ada kepergian dan perpisahan yang menyakitkan.

Adapun keindahan dengan segala manifestasinya terus ada dengan sempurna dalam berbagai bentuk dan beragam cerminnya. Cermin dan wujud manifestasi hanya muncul ketika bertugas di mana ia menari-nari. Namun, ketika tugasnya selesai, ia pun bersembunyi sambil tertawa.

Demikian pula dengan dirimu. Engkau diuduk di atas pantai dunia dalam kondisi sedih dan menangis karena kepergian sesuatu yang sempurna, indah, dan baik, juga karena lenyapnya buah nikmat di saat waktunya tiba. Engkau mengira bahwa keindahan tersebut adalah milik si pemiliknya dan buahnya merupakan aset milik pohon. Namun, badai kebetulan merampai keduanya dari pemiliknya hingga terlempar dalam gelapnya ketiadaan. Tidakkah engkau berpikir bahwa Zat yang menerangi sesuatu yang kau cintai dengan cahaya kebaikan adalah Zat yang menerangi semua bunga taman alam sekaligus membuat hati para pecinta merindukannya.
----------------------------------
[1] Q.S. al-Baqarah: 257.
No Voice