Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 24
(1-357)
Engkau bisa memperhatikan firman-firman Allah yang berbunyi, “Apabila matahari digulung.”[1] “Apabila langit terbelah.”[2] Apabila bumi digoncang dengan segoncang-goncangnya.”[3] “Hari kiamat.”[4]

Beliau menceritakan tentang realitas masa depan. Masa depan dunia baginya hanyalah satu tetes fatamorgana yang tidak ada artinya jika diukur dengan lautan tak bertepi. Beliau memberitahukan tentang alam kebahagiaan. Baginya, kebahagiaan duniawi hanya seberkas kilat yang cepat menghilang jika diukur dengan mentari abadi.
Ya, di balik hijab alam terdapat berbagai hal menakjubkan yang menantikan dan menatap kita. Untuk memberitahukan semua itu harus ada sosok luar biasa yang dapat menyaksikan untuk kemudian bersaksi, melihat untuk kemudian memberitakan. Dalam hal ini kita menyaksikan kondisi beliau bagaimana beliau menyaksikan dan kemudian bersaksi, lalu memberikan peringatan dan kabar gembira. Beliau juga memberitahukan tentang apa saja yang disukai dan dituntut oleh Tuhan Pemelihara alam semesta dari kita. Serta masih banyak lagi persoalan besar lainnya yang mesti diketahui, dan hakikat yang mesti dipahami di mana hanya itu kebahagiaan dapat terwujud.
Sungguh rugi orang yang lalai. Sungguh rugi orang yang tersesat. Sungguh aneh mengapa sebagian besar manusia demikian dungu. Bagaimana mereka buta terhadap kebenaran dan tuli dengan hakikat yang ada. Mereka tidak peduli dengan berbagai hal menakjubkan yang terdapat pada sosok semacam beliau. Padahal, mestinya orang sepertinya layak dibela dengan nyawa dan segera dihampiri dengan meninggalkan dunia berikut segala isinya.

Percikan Kesebelas

Perlu diketahui, pribadi beliau yang tampak dengan moralitasnya, yang dikenal di dunia dengan ketinggian sifatnya, di samping merupakan petunjuk yang benar akan keesaan Tuhan dan dalil kebenaran tauhid, beliau juga merupakan petunjuk terang dan dalil cemerlang yang menjelaskan tentang kebahagiaan abadi. Lebih dari itu, sebagaimana lewat dakwah dan petunjuknya beliau menjadi sebab yang mengantarkan pada kebahagiaan abadi, lewat doa dan pengabdiannya beliau juga menjadi sebab terwujudnya kebahagiaan tersebut.
Engkau bisa melihatnya ketika berada dalam “salat terbesar” yang dengan keluasaannya ia merubah jazirah Arab; bahkan seluruh dunia menjadi sosok yang melakukan salat semacam itu. Kemudian perhatikan bagaimana beliau melaksanakan salat tersebut dengan jamaah yang sangat banyak. Seolah-olah beliau menjadi imam dalam mihrab masanya diikuti oleh semua manusia yang mulia, dari sejak Adam hingga masa kini, dan bahkan hingga akhir zaman nanti. Mereka berbaris dalam barisan semua generasi dengan bermakmum dan mengamini doanya. Lalu, perhatikan apa yang beliau lakukan dalam salat tersebut dengan jamaah yang ada. Beliau berdoa untuk satu kebutuhan yang sangat penting, besar, dan integral yang semua ikut berdoa bersamanya; termasuk langit dan seluruh entitas.
-------------------------------------
[1] Q.S. al-Takwir: 1

[2] Q.S. al-Infithâr: 1.

[3] Q.S. al-Zilzalah: 1.

[4] Q.S. al-Qari’ah: 1.
No Voice