Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 34
(1-357)
Hal Kedua
Alquran berkata,

Dia menjadikan matahari sebagai lentera.
Matahari beredar dalam orbit yang telah ditetapkan untuknya.
Barangkali engkau bertanya, “Mengapa Alquran menyebut matahari sebagai lentera, padahal menurut sain ia tidak mengikuti bumi; justru ia yang menjadi pusat bumi dan tata surya?”
Jawabannya, penyebutan mentari sebagai lentera merupakan gambaran tentang alam sebagai sebuah istana berikut gambaran tentang segala sesuatu yang terdapat di dalamnya sebagai perlengkapan, hiasan, dan makanannya yang diperuntukkan bagi penduduk dan pelancong di istana tersebut. Ia mengingatkan bahwa semua itu disediakan untuk para tamu dan pelayannya oleh Tangan Yang Mahamulia dan Maha Penyayang. Matahari hanyalah makhluk yang diperintah, ditundukkan, serta lentera yang bersinar. Dengan menyebutnya sebagai lentera Alquran mengingatkan rahmat Sang Pencipta dalam keagungan rububiyah-Nya, memperkenalkan karunia-Nya dalam keluasan rahmat-Nya, mengingatkan kemurahan-Nya dalam tatanan kekuasaan-Nya, memberitahukan keesaan-Nya dengan memperlihatkan sesuatu yang dianggap oleh orang musyrik sebagai sesembahan. Matahari tidak lain hanyalah lentera yang dihamparkan oleh Tuhan. Karena itu, di manakah letak kepantasannya untuk disembah?!
Dengan istilah beredar atau berjalan Allah ingin mengingatkan manusia kepada gerakan teratur yang menakjubkan di antara pergantian siang dan malam serta perputaran musim dingin dan panas. Di dalamnya tersirat keagungan qudrat Sang Pencipta dalam keesaan-Nya dan pemeliharaan-Nya.
Dari titik matahari dan bulan akal pikiran diarahkan kepada lembaran malam dan siang, serta musim dingin dan panas. Dari sana, ia diarahkan kepada rangkaian peristiwa yang tertulis di rongganya. Maka, penyebutan kata “beredar” menunjukkan makna tersebut. Redaksi lahiriahnya sudah cukup tanpa perlu mengaitkan tujuan tersebut dengan hakikatnya.
Perhatikan kosakata Alquran yang demikian mudah, sederhana, dan sudah dikenal, bagaimana ia menjadi pintu dan kunci bagi kekayaan makna yang tersembunyi. Lalu, perhatikan redaksi bahasa hikmah dan filsafat, di samping lemah, ia tidak mendatangkan kesempurnaan ilmiah, rasa spiritual, tujuan kemanusiaan, dan manfaat keagamaan. Tetapi, justru mendatangkan kebingungan yang luar biasa. Ia membuatmu terjatuh dari langit tauhid yang terang ke dalam lembah yang gelap gulita. Perhatikan sebagian ucapan filosof terkait dengan matahari,
Ia adalah benda besar yang berasal dari cairan api. Bentuknya tiga ratus ribu kali lebih besar daripada bumi. Ia berotasi pada orbitnya. Percikan api, yaitu bumi dan sejumlah planet lain beterbangan darinya. Benda-benda angkasa yang berbeda-beda ukuran dan kedekatannya dengan matahari itu berputar lewat gravitasi umum di seputar matahari di angkasa raya. Jika salah satunya secara kebetulan keluar dari orbit akibat benturan di langit, misalnya karena terkena meteor, tentu hal itu akan mendatangkan kehancuran pada sistem tata surya, dan demikian pula di dunia di mana langit dan bumi akan bergoncang hebat.
No Voice