Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 35
(1-357)
Perhatikanlah! Apa yang kau dapatkan dari pembahasan di atas? Subhanallah, bagaimana mungkin kesesatan membalikkan hakikat kebenaran? Matahari berikut planet-planetnya tidak lain merupakan ciptaan yang ditugaskan, dicipta, dan dihamparkan dengan perintah Penciptanya Yang Maha Bijaksana dan dengan kekuatan Tuhan Yang Mahakuasa. Meski ukurannya sangat besar, ia hanyalah satu tetes kilau di lautan langit. Padanya tampak manifestasi dari nama an-Nur (Maha Bersinar).
Andaikan para filosof memasukkan cahaya Alquran ke dalam pembahasan mereka, dengan berkata, “Allah membuat benda-benda angkasa itu memiliki tugas yang sangat rapi dan penuh hikmah. Ia sangat tunduk kepada perintah-Nya.” Tentu dengan begitu pengetahuan mereka akan berguna. Namun, jika hanya menisbatkan kepada dirinya dan kepada sebab, ia seperti bunyi firman Allah,
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS al-Hajj: 31)
Hal yang sama berlaku pada berbagai pembahasan lainnya.
Hal Ketiga
Perlu diketahui bahwa tujuan utama dan unsur fundamental Alquran adalah empat: tauhid, pengumpulan makhluk (di hari kiamat), keadilan, dan pengabdian. Karena itu, semua pembahasannya menjadi sarana bagi tercapainya tujuan tersebut. Terdapat sebuah kaidah yang berbunyi, “Tidak dibahasnya sarana secara mendalam adalah agar kajian utamanya tidak terfokus kepada sesuatu yang tidak penting sehingga tujuannya tidak tercapai. Dari sini, Alquran mengabaikan atau menerangkan secara global berbagai persoalan alam. Selain itu, sebagian besar pembicaraan Alquran ditujukan kepada kalangan umum yang tidak mampu memahami sejumlah hakikat ilahi yang tersembunyi kecuali dengan perumpamaan dan penjelasan secara umum. Mereka tidak selalu siap untuk mengetahui sejumlah persoalan yang hanya dapat dijangkau oleh sebagian kecil filosof. Karena itulah, Alquran banyak memberikan perumpamaan. Di antara bentuk perumpamaannya adalah penyerupaan. Yaitu melukiskan berbagai hakikat ilahi yang tersembunyi. Selain itu, Alquran menerangkan secara umum sesuatu yang baru tersingkap pada beberapa masa kemudian setelah adanya sejumlah pendahuluan.
Hal Keempat
Perlu diketahui bahwa sebagaimana jam tidak tetap; tetapi sejumlah perangkatnya bergerak, demikian pula dunia yang merupakan “jam besar”. Dengan memasukkan zaman ke dalamnya, “siang dan malam” menjadi penunjuk detiknya, sementara “tahun” menjadi penunjuk menitnya, serta “masa” menjadi jarum yang menunjukkan jamnya. Lalu, dengan memasukkan tempat ke dalamnya, “udara”dengan kecepatan perubahannya menjadi tanda penghitung detik, “bumi” dengan permukaannya yang berisi tumbuhan dan hewan baik yang hidup maupun yang mati menjadi seperti jarum penunjuk menit, sementara dengan goncangan di dalam perutnya dan kemunculan gunung-gunungnya ia seperti jarum penunjuk jam, serta “langit” dengan segala perubahannya berikut gerakan benda-benda angkasa, meteor, dan gerhananya seperti tanda penghitung hari.
Andaikan para filosof memasukkan cahaya Alquran ke dalam pembahasan mereka, dengan berkata, “Allah membuat benda-benda angkasa itu memiliki tugas yang sangat rapi dan penuh hikmah. Ia sangat tunduk kepada perintah-Nya.” Tentu dengan begitu pengetahuan mereka akan berguna. Namun, jika hanya menisbatkan kepada dirinya dan kepada sebab, ia seperti bunyi firman Allah,
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS al-Hajj: 31)
Hal yang sama berlaku pada berbagai pembahasan lainnya.
Hal Ketiga
Perlu diketahui bahwa tujuan utama dan unsur fundamental Alquran adalah empat: tauhid, pengumpulan makhluk (di hari kiamat), keadilan, dan pengabdian. Karena itu, semua pembahasannya menjadi sarana bagi tercapainya tujuan tersebut. Terdapat sebuah kaidah yang berbunyi, “Tidak dibahasnya sarana secara mendalam adalah agar kajian utamanya tidak terfokus kepada sesuatu yang tidak penting sehingga tujuannya tidak tercapai. Dari sini, Alquran mengabaikan atau menerangkan secara global berbagai persoalan alam. Selain itu, sebagian besar pembicaraan Alquran ditujukan kepada kalangan umum yang tidak mampu memahami sejumlah hakikat ilahi yang tersembunyi kecuali dengan perumpamaan dan penjelasan secara umum. Mereka tidak selalu siap untuk mengetahui sejumlah persoalan yang hanya dapat dijangkau oleh sebagian kecil filosof. Karena itulah, Alquran banyak memberikan perumpamaan. Di antara bentuk perumpamaannya adalah penyerupaan. Yaitu melukiskan berbagai hakikat ilahi yang tersembunyi. Selain itu, Alquran menerangkan secara umum sesuatu yang baru tersingkap pada beberapa masa kemudian setelah adanya sejumlah pendahuluan.
Hal Keempat
Perlu diketahui bahwa sebagaimana jam tidak tetap; tetapi sejumlah perangkatnya bergerak, demikian pula dunia yang merupakan “jam besar”. Dengan memasukkan zaman ke dalamnya, “siang dan malam” menjadi penunjuk detiknya, sementara “tahun” menjadi penunjuk menitnya, serta “masa” menjadi jarum yang menunjukkan jamnya. Lalu, dengan memasukkan tempat ke dalamnya, “udara”dengan kecepatan perubahannya menjadi tanda penghitung detik, “bumi” dengan permukaannya yang berisi tumbuhan dan hewan baik yang hidup maupun yang mati menjadi seperti jarum penunjuk menit, sementara dengan goncangan di dalam perutnya dan kemunculan gunung-gunungnya ia seperti jarum penunjuk jam, serta “langit” dengan segala perubahannya berikut gerakan benda-benda angkasa, meteor, dan gerhananya seperti tanda penghitung hari.
No Voice