Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 64
(1-357)
Ketahuilah bahwa beningnya wajah kerajaan alam dan malakut membuat kekuasaan Tuhan dalam menciptakannya kehidupan, wujud, dan cahaya tidak tertutup oleh sejumlah perantara yang tebal. Sehingga sebab lahiriah menjadi sangat tipis di mana qudrat Tuhan menjadi tampak jelas di bawahnya. Siapa yang mencermati perkembangan kehidupan dan cahaya akan melihat kekuasaan Allah di balik berbagai sebab. Pasalnya, kekuasaan tersebut tidak membuat sejumlah kuntum anggur kecuali berupa tangkai yang halus, tidak melukis mentari kecil di serpihan kaca kecuali sebagaimana dengan menjalankan cahaya di lubang jarum, tidak menerangi rumah kecuali lewat benang tipis di dalam kaca.
Jiwa dan akal juga terguncang hebat akibat berbagai penyakit kesesatan yang muncul dari sikap ingkar yang berasal dari rasa aneh dan bingung saat menyandarkan sesuatu kepada diri sendiri dan kepada sebab. Hal itu memaksa jiwa untuk menyelamatkan diri dan berobat dengan cara berlari menuju Zat Yang wajib ada dan esa di mana dengan kekuasaan-Nya semua persoalan menjadi terpecahkan; kehendak-Nya menjadi kunci bagi semua pintu yang tertutup; dan dengan berzikir hati menjadi tenang. Tidak ada tempat untuk selamat kecuali dengan bersimpuh dan berlari menuju Allah seraya berserah diri kepada-Nya. Allah befirman, “Berlarilah menuju Allah!”[1] “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.”[2]
Hakikat ini membuka celah menuju intuisi yang benar yang bersambung kepada cahaya Islam, yang bersambung kepada penyerahan diri pada jenjang kenabian, serta bersambung kepada cahaya iman kepada Zat yang wajib ada dan esa. Lewat lisan setiap bagiannya, seluruh entitas alam bersaksi, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Allah.”
18. Sebab-sebab lahiriyah yang demikian sederhana ibarat roti dan susu. Sementara, keterbatasannya, keterkaitannya, kepapahannya, kelemahannya, kematiannya, dan kebekuannya, ketiadaan perasaannya, ketidakmauannya untuk menyaksikan, ilusinya, ketiadaan wujud ilusinya kecuali setelah dilihat, kondisinya yang baru melihat setelah keberadaan akibat bersama lukisannya yang luar biasa berikut kehebatan kreasinya, semua itu ibarat pembentukan untaian sel-sel tubuh sesudah memakan roti. Selanjutnya, goresan lukisan yang tak terhingga yang teratur dan tertulis di memori seolah-olah merupakan berkas yang ditulis oleh Allah dari lembaran amal. Kemudian ia diberikan ke tangan manusia agar ingat saat hisab tiba, serta agar merasa tenang lantaran di balik kehidupan ini terdapat cermin untuk kehidupan yang kekal. Di dalamnya Zat Yang Maha mengetahui menggambar segala sesuatu dengan rapi tanpa ada yang keliru—meski jumlahnya banyak dan bercampur. Tempat gambarnya adalah yang paling sempit karena ada pergerakan, pembentukan huruf dan gambar hayalan ketika berbicara dan berpikir, serta karena ketukan anak lidah dan gerakan otak yang menghasilkan berbagai akibat berkat kekuasaan, pengetahuan, dan kehendak yang tak terhingga.
-------------------------------------
[1] Q.S. adz-Dzariyât: 50.
[2] Q.S. ar-Ra’ad: 28.
Jiwa dan akal juga terguncang hebat akibat berbagai penyakit kesesatan yang muncul dari sikap ingkar yang berasal dari rasa aneh dan bingung saat menyandarkan sesuatu kepada diri sendiri dan kepada sebab. Hal itu memaksa jiwa untuk menyelamatkan diri dan berobat dengan cara berlari menuju Zat Yang wajib ada dan esa di mana dengan kekuasaan-Nya semua persoalan menjadi terpecahkan; kehendak-Nya menjadi kunci bagi semua pintu yang tertutup; dan dengan berzikir hati menjadi tenang. Tidak ada tempat untuk selamat kecuali dengan bersimpuh dan berlari menuju Allah seraya berserah diri kepada-Nya. Allah befirman, “Berlarilah menuju Allah!”[1] “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.”[2]
Hakikat ini membuka celah menuju intuisi yang benar yang bersambung kepada cahaya Islam, yang bersambung kepada penyerahan diri pada jenjang kenabian, serta bersambung kepada cahaya iman kepada Zat yang wajib ada dan esa. Lewat lisan setiap bagiannya, seluruh entitas alam bersaksi, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Allah.”
18. Sebab-sebab lahiriyah yang demikian sederhana ibarat roti dan susu. Sementara, keterbatasannya, keterkaitannya, kepapahannya, kelemahannya, kematiannya, dan kebekuannya, ketiadaan perasaannya, ketidakmauannya untuk menyaksikan, ilusinya, ketiadaan wujud ilusinya kecuali setelah dilihat, kondisinya yang baru melihat setelah keberadaan akibat bersama lukisannya yang luar biasa berikut kehebatan kreasinya, semua itu ibarat pembentukan untaian sel-sel tubuh sesudah memakan roti. Selanjutnya, goresan lukisan yang tak terhingga yang teratur dan tertulis di memori seolah-olah merupakan berkas yang ditulis oleh Allah dari lembaran amal. Kemudian ia diberikan ke tangan manusia agar ingat saat hisab tiba, serta agar merasa tenang lantaran di balik kehidupan ini terdapat cermin untuk kehidupan yang kekal. Di dalamnya Zat Yang Maha mengetahui menggambar segala sesuatu dengan rapi tanpa ada yang keliru—meski jumlahnya banyak dan bercampur. Tempat gambarnya adalah yang paling sempit karena ada pergerakan, pembentukan huruf dan gambar hayalan ketika berbicara dan berpikir, serta karena ketukan anak lidah dan gerakan otak yang menghasilkan berbagai akibat berkat kekuasaan, pengetahuan, dan kehendak yang tak terhingga.
-------------------------------------
[1] Q.S. adz-Dzariyât: 50.
[2] Q.S. ar-Ra’ad: 28.
No Voice