Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 66
(1-357)
20. Kerja sama antar nama yang tampak di alam di samping bahwa sebagian nama tersebut mencakup segala sesuatu lewat jejaknya seperti nama al-Alîm (Yang Maha Mengetahui), lalu keikutsertaan dan ketersebarannya pada satu sel sekalipun, keterpantulannya secara total pada segala sesuatu, percampurannya sebagaimana tujuh jenis warna pada sinar mentari, semua itu menunjukkan bahwa substansi nama tersebut adalah Mahaesa, Tunggal, dan Tempat Bersandar. Ia membuka celah menuju Zat yang wajib ada dan esa yang di dalamnya seluruh entitas alam bersaksi lewat lisan yang bercahaya, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Dia.”
21. Hikmah yang bersifat umum yang tampak di alam, baik secara keseluruhan maupun terpisah, yang mengandung tujuan, kesadaran, kehendak, dan pilihan menjadi dalil keberadaan Zat Yang Maha Bijaksana. Pasalnya tidak mungkin perbuatan terjadi tanpa ada pelakunya; serta tidak mungkin pula sebagian dari yang diperbuat menjadi pelaku dari perbuatan tersebut.
22. Perhatian yang sempurna yang tampak terang pada entitas yang berisi hikmah, kelembutan, dan perbaikan menjadi dalil keberadaan Zat Pencipta Yang Maha Pemurah sebab kebaikan tak mungkin terwujud tanpa ada pelakunya.
23. Kasih sayang yang luas yang terhampar pada setiap entitas yang berisi hikmah, perhatian, kebaikan, karunia, kemurahan, cinta dan pengenalan menjadi bukti akan keberadaan Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Pasalnya, tidak mungkin ada sifat tanpa ada pemiliknya. Juga tidak mungkin sifat dan pakaian yang menjangkau seluruh langit dan bumi ini dilekatkan kepada selain-Nya. Mana mungkin makhluk yang mati, singkat, dan hina ini diukur dengan nilai pakaian dan sifat yang tak terhingga tersebut.
24. Rezeki yang bersifat menyeluruh yang didistribusikan kepada seluruh makhluk dengan beragam kebutuhan mereka yang berisi hikmah, perhatian, kasih sayang, perlindungan, penjagaan, cinta kasih, menjadi bukti keberadaan Zat Pemberi rezeki Yang Maha Penyayang. Pasalnya, tak mungkin ada perbuatan tanpa keberadaan pelakunya, serta tidak mungkin sebagian dari objek perbuatan menjadi pelaku bagi perbuatan tersebut.
25. Makhluk dan kehidupan yang tersebar di alam yang berisi hikmah, pertolongan, kasih sayang, rezeki, kreasi yang cermat, goresan yang halus, kerapian, serta perhatian yang menyerap manifestasi tujuan, pengetahuan, dan kehendak sempurna atasnya, hal itu menjadi bukti keberadaan Zat Yang Mahakuasa, Yang Berdiri sendiri, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, dan Esa. Pasalnya, segala sesuatu satu dan Penciptanya juga satu. Yang satu tidak bersumber kecuali dari Zat Yang Satu. Pencipta semuanya adalah satu; berbeda dengan kaidah filsafat palsu dan sekuler yang berbunyi, “Yang satu hanya membuahkan satu.”
Lima hakikat yang bercampur ini seperti tujuh warna sinar serta lingkaran-lingkaran yang saling berbaur dengan pusat yang sama. Ia dengan jelas menunjukkan bahwa alam ini memiliki Tuhan Yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, Bijaksana, Pemurah, Penyayang, Pemberi rezeki, Mahahidup, Berdiri sendiri, serta memiliki sifat-sifat sempurna. Lima hakikat yang bercampur dengan satu cahaya ini membuka celah yang tembus menuju intuisi yang benar yang bersambung kepada Islam, bersambung kepada penyerahan diri pada kenabian, serta bersambung kepada cahaya iman bahwa Dia Allah zat Yang wajib ada dan Mahaesa. Dalam celah tersebut seluruh entitas bersaksi lewat lisan yang memiliki lima irama ini dengan mengucap, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Dia.”
21. Hikmah yang bersifat umum yang tampak di alam, baik secara keseluruhan maupun terpisah, yang mengandung tujuan, kesadaran, kehendak, dan pilihan menjadi dalil keberadaan Zat Yang Maha Bijaksana. Pasalnya tidak mungkin perbuatan terjadi tanpa ada pelakunya; serta tidak mungkin pula sebagian dari yang diperbuat menjadi pelaku dari perbuatan tersebut.
22. Perhatian yang sempurna yang tampak terang pada entitas yang berisi hikmah, kelembutan, dan perbaikan menjadi dalil keberadaan Zat Pencipta Yang Maha Pemurah sebab kebaikan tak mungkin terwujud tanpa ada pelakunya.
23. Kasih sayang yang luas yang terhampar pada setiap entitas yang berisi hikmah, perhatian, kebaikan, karunia, kemurahan, cinta dan pengenalan menjadi bukti akan keberadaan Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Pasalnya, tidak mungkin ada sifat tanpa ada pemiliknya. Juga tidak mungkin sifat dan pakaian yang menjangkau seluruh langit dan bumi ini dilekatkan kepada selain-Nya. Mana mungkin makhluk yang mati, singkat, dan hina ini diukur dengan nilai pakaian dan sifat yang tak terhingga tersebut.
24. Rezeki yang bersifat menyeluruh yang didistribusikan kepada seluruh makhluk dengan beragam kebutuhan mereka yang berisi hikmah, perhatian, kasih sayang, perlindungan, penjagaan, cinta kasih, menjadi bukti keberadaan Zat Pemberi rezeki Yang Maha Penyayang. Pasalnya, tak mungkin ada perbuatan tanpa keberadaan pelakunya, serta tidak mungkin sebagian dari objek perbuatan menjadi pelaku bagi perbuatan tersebut.
25. Makhluk dan kehidupan yang tersebar di alam yang berisi hikmah, pertolongan, kasih sayang, rezeki, kreasi yang cermat, goresan yang halus, kerapian, serta perhatian yang menyerap manifestasi tujuan, pengetahuan, dan kehendak sempurna atasnya, hal itu menjadi bukti keberadaan Zat Yang Mahakuasa, Yang Berdiri sendiri, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, dan Esa. Pasalnya, segala sesuatu satu dan Penciptanya juga satu. Yang satu tidak bersumber kecuali dari Zat Yang Satu. Pencipta semuanya adalah satu; berbeda dengan kaidah filsafat palsu dan sekuler yang berbunyi, “Yang satu hanya membuahkan satu.”
Lima hakikat yang bercampur ini seperti tujuh warna sinar serta lingkaran-lingkaran yang saling berbaur dengan pusat yang sama. Ia dengan jelas menunjukkan bahwa alam ini memiliki Tuhan Yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, Bijaksana, Pemurah, Penyayang, Pemberi rezeki, Mahahidup, Berdiri sendiri, serta memiliki sifat-sifat sempurna. Lima hakikat yang bercampur dengan satu cahaya ini membuka celah yang tembus menuju intuisi yang benar yang bersambung kepada Islam, bersambung kepada penyerahan diri pada kenabian, serta bersambung kepada cahaya iman bahwa Dia Allah zat Yang wajib ada dan Mahaesa. Dalam celah tersebut seluruh entitas bersaksi lewat lisan yang memiliki lima irama ini dengan mengucap, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Dia.”
No Voice