Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 65
(1-357)
Hakikat ini mengimplikasikan bahwa tidak ada Zat yang benar-benar mengatur alam kecuali Pencipta Yang Mahakuasa yang kekuasaan-Nya tak terbatas sama sekali. Adapun sebab ia hanyalah argumen yang lemah. Perantara merupakan hijab lahiriyah semata. Karakter dan tabiat yang melekat hanyalah nama dan perlambang bagi kilau manifestasi kekuasaan azali yang bercahaya dan tak terhingga yang mencakup pengetahuan dan kehendak azali tak terbatas. Jadi, keberadaan hubungan dengan kekuasaan tersebut pada hal terkecil sekalipun lebih agung dan lebih besar daripada pegunungan sebab. Pasalnya, kilau kekuasaan Allah bekerja pada semacam benang halus yang mati dan kering sebagaimana ia bekerja pada sejumlah kuntum. Itulah kekuatan yang luar biasa yang andaikan dinisbatkan kepada sebab lalu seluruh sebab berkumpul untuk mendatangkan hal serupa, tentu tidak akan mampu meski mereka saling membantu. Hakikat tersebut juga berarti bahwa apa yang disebut dengan hukum dan rambu hanyalah nama bagi manifestasi sekumpulan pengetahuan, perintah, dan kehendak atas sesuatu. Hukum hanyalah perintah yang terbentang. Rambu dan sunnah hanyalah kehendak panjang. Hakikat ini membuka celah menuju derajat wajib yang seluruh entitas bersaksi lewat lisan setiap akibat dengan berkata, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Allah.”
19. Ketidakterbatasan goresan kreasi alam yang luar biasa dan perhatian terhadapnya mengimplikasikan adanya kekuatan tak terhingga. Bahkan, setiap bagian darinya juga mengimplikasikan kekuatan tersebut. Jadi, ia menunjukkan bahwa alam ini memiliki Pencipta Yang Mahakuasa. Dia memiliki kekuasaan sempurna yang tak terhingga bagi manifestasi kekuasaan tersebut. Dengan demikian ia sama sekali tidak membutuhkan sekutu. Tidak mungkin ada satu sekutupun bagi kekuasaan-Nya. Jika tidak, maka kekuasaan tak terhingga tadi menjadi terhingga. Hal ini sungguh sangat mustahil. Dari sini bisa dikatakan bahwa kemandirian dan keesaan adalah dua sifat yang melekat secara khusus kepada Tuhan. Tidak ada tempat bagi adanya sekutu kecuali hanya dalam hayalan dan imajinasi.
Pasalnya, ia sama sekali tidak memiliki alasan, dalil, kemungkinan. Tidak ada tanda yang menunjukkan keberadaan sekutu di alam ini. Dari sisi manapun keberadaan sekutu ditanya, jawabannya sangat jelas lewat penampakan stempel tauhid. Penguasa alam hakiki hanya Zat Yang Mahaesa. Rahasianya bahwa entitas termulia dan sebab yang memiliki pilihan terluas, manusia, tidak memiliki kemampuan menampakkan perbuatannya entah itu makan atau berbicara kecuali hanya satu bagian yang masih diragukan dari seratus bagian yang ada. Kalau demikian, apalagi dengan makhluk atau benda mati lainnya? Bagaimana mungkin sapu tangan yang dipakai oleh raja untuk membungkus hadiah menjadi sekutu atau pembantu raja?! Jadi dari sini dapat dikatakan bahwa sebab atau materi merupakan hijab bagi kekuasaan Tuhan dan pijakan hikmah-Nya. Hakikat ini membuka celah tembus pandang menuju Zat Yang wajib ada dan esa. Di dalamnya entitas alam bersaksi dengan mengucap, “Hanya Allah. Tiada Tuhan selain Dia.”
No Voice