Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 74
(1-357)
Masih banyak lagi perbuatan yang terjadi pada dirimu dan atasmu yang berada di luar kesadaranmu padahal ia bisa dirasakan. Penciptanya tentu saja Zat Pemilik kesadaran Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat; bukan engkau dan bukan pula sebab-sebab yang buta dan tuli. Engkau tidak boleh merasa memiliki dan tidak boleh mengaku dan menganggap diri ini sebagai sumber kebaikan. Sebaliknya, engkau harus mengakui kalau dirimu lemah dan penuh kekurangan. Pasalnya, dengan dengan pilihanmu yang keliru, gambaran curahan kesempurnaan yang terlimpah kepadamu menjadi berubah. Engkau harus mengakui kalau fisik yang kau tempati adalah telanjang dan amanah. Sementara engkau hanyalah musafir kelana. Kebaikan yang ada padamu merupakan pemberian, sementara keburukanmu adalah hasil milikmu. Karena itu, engkau harus berujar, “Milik-Nya segala kerajaan dan pujian. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.”

3. Lupa Diri
Di antara bentuk penyakitmu adalah lupa diri. Dengan itu, ketika melihat tokoh-tokoh generasi terdahulu, mereka demikian kecil dalam pandanganmu. Kebaikan petunjuk mereka tidak tampak bagimu. Engkau diuji dengan berbagai ilusi yang terus berubah-ubah terkait dengan perilaku mereka. Lihatlah mereka dari dekat, pasti engkau akan melihat mereka sebagai orang-orang besar yang dapat menyingkap dalam empat puluh hari sesuatu yang tidak dapat kau singkap dalam empat puluh tahun.

4. Buruk Sangka
Di antara penyakitmu yang lain adalah buruk sangka. Biasanya orang lapar mengira orang lain juga lapar. Karena penyakit dan sifat riya yang kau miliki, engkau berburuk sangka kepada tokoh-tokoh generasi terdahulu. Dengan sikap meremehkan, engkau telah membalik siang menjadi malam atas dirimu semata.
Ya Allah lindungi kami dari sikap putus asa, buruk sangka, ujub, dan lupa diri. Amin.

Kemudian saat melakukan perjalanan di bagian dalam bumi engkau bisa menyaksikan sejumlah hakikat berikut:
Hakikat Pertama
Bahwa kelalaian terhadap Sang Pemilik hakiki merupakan sebab munculnya jiwa firaun dalam diri manusia. Ia menganggap diri sebagai pemilik sehingga dalam anggapannya ia mempunyai kekuasaan. Lalu ia mengukur manusia bahkan semua sebab kepada diri sendiri. Ia menentang hukum-hukum ilahi dan melawan ketentuan Tuhan. Padahal, ia sengaja diberi sifat ego dengan hikmah agar menjadi neraca dalam memahami sifat-sifat ilahi. Namun, ia telah keliru dengan mempergunakan bukan pada tempatnya.
No Voice