Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 76
(1-357)
Hakikat kedua
Ketahuilah wahai jiwa yang memerintahkan kepada keburukan! Engkau memiliki dunia yang berupa istana luas yang dibangun sesuai harapan, ketergantungan, dan kebutuhanmu kepada alam. Batu pertama dari istana tersebut serta pilar pertama darinya adalah eksistensi dan kehidupanmu. Hanya saja, pilar tersebut sangat lemah dan setiap waktu bisa rusak. Tubuh ini tidak kekal, tidak berasal dari besi, atau batu. Ia berasal dari daging dan darah yang setiap waktu bisa berpisah. Ketika itulah engkau meninggalkan dunia. Duniamu akan hancur. Karena itu, lihatlah masa lalu. Ternyata ia kuburan luas yang telah hancur berisi orang-orang mati yang sebelumnya seperti dirimu. Masa depan juga merupakan kuburan luas yang akan sama sepertinya. Saat ini engkau berada dalam tekanan dua kubur. Kalau kemarin merupakan kuburan ayah, maka esok adalah kuburanku. Aku juga berada di antara dua kubur. Meski hanya satu, di dalam dunia ini terkumpul dan berbaur dunia milik setiap orang. Ia merupakan sosok yang utuh. Siapa yang mati, berarti kiamatnya telah tiba.
Hakikat ketiga
Aku telah menyaksikan bahwa dunia dengan seluruh kenikmatannya merupakan beban yang berat dan ikatan yang hanya disenangi oleh orang sakit yang jiwanya rusak. Ia bergantung kepada alam, membutuhkan sebab, mendekati sejumlah perantara, dan berdiri di antara berbagai tuhan yang buta dan tuli. Padahal seharusnya ia mengarah kepada Tuhan Yang Mahaesa, Mendengar, dan Melihat yang jika engkau bergantung pada-Nya, Dia akan mencukupimu.
Hakikat Keempat
Ketahuilah wahai diri bahwa rangkaian kreasi ilmiah yang terdapat dalam kepalamu, berbagai perbuatan penuh sadar yang bersambung dengan egomu, serta sarana bantuan dan keperluan yang kau raih dengan perasaan butuh, semua itu menunjukkan bahwa Pencipta dan Pelindungmu mendengar rintihan kepapahanmu sehingga Dia merasa kasihan dengannya. Maka, lewat anugerah dan karunia-Nya manusia mengenal-Nya. Pasalnya, Sang Pencipta menolong dan menyambut seruan kebutuhan semua sel yang terdapat dalam dirimu. Bagaimana tidak, sementara Dia mendengar dan melihat doamu.
Wahai sel besar yang bernama “aku” yang terdiri dari sejumlah sel. Ucapkan, “Wahai ilahi, wahai Tuhan, wahai Penciptaku, wahai Pelukisku, wahai Pemilikku, wahai Tuanku, wahai Majikanku, Engkau yang memiliki kerajaan dan segala pujian. Aku musafir dalam simpanan, amanah, dan milik-Mu yang berupa tubuh ini.”
Ketahuilah wahai jiwa yang memerintahkan kepada keburukan! Engkau memiliki dunia yang berupa istana luas yang dibangun sesuai harapan, ketergantungan, dan kebutuhanmu kepada alam. Batu pertama dari istana tersebut serta pilar pertama darinya adalah eksistensi dan kehidupanmu. Hanya saja, pilar tersebut sangat lemah dan setiap waktu bisa rusak. Tubuh ini tidak kekal, tidak berasal dari besi, atau batu. Ia berasal dari daging dan darah yang setiap waktu bisa berpisah. Ketika itulah engkau meninggalkan dunia. Duniamu akan hancur. Karena itu, lihatlah masa lalu. Ternyata ia kuburan luas yang telah hancur berisi orang-orang mati yang sebelumnya seperti dirimu. Masa depan juga merupakan kuburan luas yang akan sama sepertinya. Saat ini engkau berada dalam tekanan dua kubur. Kalau kemarin merupakan kuburan ayah, maka esok adalah kuburanku. Aku juga berada di antara dua kubur. Meski hanya satu, di dalam dunia ini terkumpul dan berbaur dunia milik setiap orang. Ia merupakan sosok yang utuh. Siapa yang mati, berarti kiamatnya telah tiba.
Hakikat ketiga
Aku telah menyaksikan bahwa dunia dengan seluruh kenikmatannya merupakan beban yang berat dan ikatan yang hanya disenangi oleh orang sakit yang jiwanya rusak. Ia bergantung kepada alam, membutuhkan sebab, mendekati sejumlah perantara, dan berdiri di antara berbagai tuhan yang buta dan tuli. Padahal seharusnya ia mengarah kepada Tuhan Yang Mahaesa, Mendengar, dan Melihat yang jika engkau bergantung pada-Nya, Dia akan mencukupimu.
Hakikat Keempat
Ketahuilah wahai diri bahwa rangkaian kreasi ilmiah yang terdapat dalam kepalamu, berbagai perbuatan penuh sadar yang bersambung dengan egomu, serta sarana bantuan dan keperluan yang kau raih dengan perasaan butuh, semua itu menunjukkan bahwa Pencipta dan Pelindungmu mendengar rintihan kepapahanmu sehingga Dia merasa kasihan dengannya. Maka, lewat anugerah dan karunia-Nya manusia mengenal-Nya. Pasalnya, Sang Pencipta menolong dan menyambut seruan kebutuhan semua sel yang terdapat dalam dirimu. Bagaimana tidak, sementara Dia mendengar dan melihat doamu.
Wahai sel besar yang bernama “aku” yang terdiri dari sejumlah sel. Ucapkan, “Wahai ilahi, wahai Tuhan, wahai Penciptaku, wahai Pelukisku, wahai Pemilikku, wahai Tuanku, wahai Majikanku, Engkau yang memiliki kerajaan dan segala pujian. Aku musafir dalam simpanan, amanah, dan milik-Mu yang berupa tubuh ini.”
No Voice