Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 90
(1-357)
Hal ini berkat kemudahan dan manifestasi keesaan serta karena hikmah keberadan-Nya yang wajib, tunggal, dan berbeda dengan entitas. Juga berkat rahasia eksistensi-Nya yang tidak terikat, tidak berpihak, dan tidak terbagi karena hikmah berbaliknya rintangan dan hambatan menjadi sarana yang memberikan kemudahan manakala diperlukan. Dia sama sekali tidak membutuhkan sesuatu seperti syaraf manusia atau rel kereta untuk memindahkan curahan karunia-Nya yang halus. Pasalnya, atom, partikel, sesuatu yang sedikit, kecil, manusia, dan benih sama saja bagi Allah dengan bintang, spesies, benda yang banyak, besar, alam, dan pohon. Zat yang menciptakan hal pertama tidak sulit untuk menciptakan hal yang kedua. Menyalin quran hikmah yang tertulis pada inti sesuatu lewat atom eter hampir sama dengan menyalin quran agung yang tertulis pada lembaran langit lewat tinta bintang dan mentari. Demikian pula penciptaan lebah dan semut hampir sama dengan penciptaan kurma dan gajah. Penciptaan bunga mawar hampir sama dengan penciptaan kilau bintang. Demikian seterusnya. Apabila proses penciptaan sesuatu yang sangat mudah itu membuat kaum yang sesat menganggap sesuatu terbentuk dengan sendirinya di mana hal ini melahirkan berbagai kemustahilan yang tidak diterima akal bahkan sulit diterima oleh ilusi manusia, tidak demikian dengan ahlul haq dan penggenggam kebenaran. Terbukti bagi mereka bahwa planet dan atom memiliki kedudukan yang sama jika dikembalikan kepada Sang Pencipta, Allah Swt. Tiada Tuhan selain Dia.

Kedudukan Keenam[1]

Allah Mahabesar dari segala sesuatu dilihat dari sisi kekuasaan dan pengetahuan-Nya. Pasalnya, Dia Mahadil, Mahabijak, Mahakuasa, Maha Mengetahui, Mahaesa, dan Penguasa azali. Seluruh alam berada dalam genggaman penataan dan neraca-Nya, pengaturan, keseimbangan, keadilan, hikmah, pengetahuan, dan qudrat-Nya. Manifestasi rahasia keesaan-Nya terlihat lewat intuisi nyata; bahkan dengan penyaksian. Tidak ada sesuatupun di alam ini yang keluar dari wilayah tatanan dan neraca-Nya serta pengaturan dan penyeimbangan-Nya. Keduanya merupakan pintu bagi “lauhil mahfudz”. Keduanya merupakan tanda pengetahuan Zat Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana, serta tanda kekuasaan dan kehendak Zat Yang Maha Perkasa dan Maha Penyayang. Tatanan dan neraca tersebut terdapat dalam lauhil mahfudz sebagai dua dalil yang bersinar bagi mereka yang mau memperhatikan dan melihat bahwa tidak ada sesuatu di alam maupun dalam perputaran zaman yang keluar dari genggaman kekuasaan, pengaturan, dan neraca Tuhan.
----------------------------------------
[1] Andaikan kedudukan keenam ini ditulis sebagaimana kedudukan lainnya, tentu akan sangat panjang. Pasalnya, kitab induk yang nyata (lauhil mahfudz) tidak mungkin dijelaskan dengan singkat. Rangkuman darinya telah kami sebutkan dalam kalimat ketiga puluh. Karena itu, di sini kami hanya menjelaskan secara global. Hanya saja, di tengah-tengah pelajaran kami berikan sedikit penjelasan (penulis).
No Voice