Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | Al-Matsnawi al-Arabi an-Nuriye | 93
(1-357)
Ya, sumber ketinggian ucapan, berikut kekuatan dan keindahannya ada empat: (1) pembicara atau pengucap; (2) mitra bicara; (3) tujuan; (4) kondisi dan kedudukannya. Jadi, tidak hanya kedudukan sebagaimana anggapan sejumlah sastrawan. Selain itu, redaksi sebuah ucapan bukan merupakan jasad; tetapi pakaiannya. Makna ucapan bukanlah ruh, tetapi tubuhnya. Kehidupannya berupa niat dan perasaan pembicara. Serta, ruhnya berupa makna yang berhembus dari mulut pembicara. Apabila sebuah ucapan berbentuk perintah atau larangan, ia bisa mengandung adanya kehendak dan kekuasaan sesuai dengan tingkat kedudukan si pembicara. Dalam kondisi demikian, ketinggian dan kekuatan ucapan juga semakin bertambah.

Ya. gambaran perintah yang bersumber dari angan-angan yang tidak didengar sangat berbeda dengan perintah hakiki yang pasti berlaku yang mengandung adanya kehendak dan kekuasaan. Lihatlah firman Allah yang berbunyi,

Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah![1]

Bandingkanlah firman di atas dengan ucapan manusia kepada benda-benda mati yang seperti igauan, “Diamlah wahai bumi! Terbelahlah wahai langit! Bangkitlah wahai kiamat!” Lalu perhatikan perintah Sang Pemimpin yang ditaati oleh pasukan besar yang taat, “Majulah! Seranglah musuh Allah!” Maka mereka segera menyerang dan menang. Lalu bandingkan jika perintah tersebut berasal dari sosok hina yang perintahnya tidak dipedulikan. Demikian pula dengan gambaran yang diberikan oleh Pemilik hakiki, Pemimpin yang perintah-Nya dipatuhi, Pencipta yang mencipta, Pemberi anugerah ketika Dia mulai menjelaskan semua perbuatan-Nya. “Aku telah melakukan ini dan itu. Lakukan ini dan itu! Kujadikan bumi terhampar untukmu dan langit sebagai atapnya.” Bandingkan gambaran tersebut dengan yang diberikan oleh manusia terkait dengan perbuatannya yang tidak seberapa. Bagaimana mungkin mata bintang-gemintang bisa dibandingkan dengan contoh miniaturnya yang antara ada dan tiada yang terlihat di kepingan kaca. Bagaimana mungkin malaikat pembawa kalimat ucapan Pencipta mentari dan bulan akan dibandingkan dengan alunan suling manusia? Redaksi Alquran yang berupa gema petunjuk, hakikat iman, dan pilar-pilar yang memancar dari Arasy Tuhan di mana ia mengandung ucapan abadi, pengetahuan, qudrat, dan kehendak ilahi, bagaimana mungkin akan dibandingkan dengan ucapan manusia yang demikian lemah. Bagaimana mungkin pohon yang memiliki banyak cabang, daun, bunga, dan buah dibandingkan dengan racikan yang diambil oleh seseorang dari sebagian buahnya dengan merubah bentuknya, melepaskan ikatan kehidupannya, lalu mencampurnya dengan bahan lain.

Ya, Alquran menumbuhkan pohon dengan cara semacam itu. Setiap benih menjadi rambu-rambu kerja dan pohon-pohon lain yang berbuah. Darinya terbentuk dunia Islam dengan substansi dan segala aktivitasnya. Semua pemikiran mengambil darinya dan bekerja di dalamnya hingga saat ini sehingga menjadi hakikat luhur dan tinggi yang saling dikenal dan diterima. Lalu ada yang mengambil hakikat tersebut serta merubah bentuknya hingga menghilangkan ikatan kehidupan darinya. Kemudian, ia merasa telah memperindahnya. Perasaannya yang rusak membandingkan antara kreasinya dengan tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Bagaimana mungkin bisa dibandingkan antara bentuk sementara buatan manusia yang diukir dalam bentuk permata dan mutiara yang rapi dengan permata dan mutiara aslinya?
--------------------------------------
[1] Q.S. Hûd: 44.
No Voice