Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 12
(1-43)
yang paling pertama hingga kepada arasy yang agung terdapat sejumlah langit yang berlapis-lapis.
Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekuasaan
Ilahi.
Meski semua nama bisa terwujud dan semua gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkatan yang ada dari aspek keesaan-Nya, namun sebagaimana gelar “penguasa yang adil” merupakan yang dominan dan orisinal dalam wilayah pengadilan di mana tanda-tanda yang lain hanya mengikuti dan melihat perintahnya, demikian pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap langitnya, serta semua gelar yang lain berada di dalamnya.
Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT.
menjelma pada wilayah langit tersebut dengan gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar “Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yangmerupakan kedudukan Nabi Musa as.
Demikianlah, karena Rasulullah SAW. mendapat bagian dari nama Allah Yang Mahaagung (Ismul A’zham) serta karena kenabiannya bersifat umum dan komprehensif, juga karena beliau mendapatkan seluruh manifestasi nama-Nya, maka beliau memiliki relasi dengan seluruh wilayah rububiyah. Karena itu, hakikat mi’raj yang beliau lakukan menuntut adanya pertemuan dengan para nabi yang merupakan pemilik kedudukan di berbagai wilayah tadi, serta melewati semua tingkatan yang ada.
Misalnya, seorang tentara melihat profil kepemimpinan terbesar terdapat pada sosok kopral sehingga ia menghadap dan menerima perintah darinya. Sementara, kopral itu sendiri melihat kepemimpinan tersebut berada pada wilayah sersan, sehingga mengarah kepadanya. Kemudian ketika ia menjadi sersan, ia melihat profil kepemimpinan umum terdapat di wilayah letnan. Ia memiliki kursi khusus pada kedudukan tersebut.
Demikianlah, gelar kepemimpinan agung itu terlihat pada setiap wilayah pemimpin, kelompok, dan pengawas sesuai dengan luas dan sempitnya wilayah yang ada.
Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait dengan semua jenjang militer lewat seorang tentara serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah sekaligus bisa menyaksikan semuanya sehingga seperti pengawas atasnya, sang pemimpin tertinggi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi menerima tentara tersebut di hadapannya, memberikan kehormatan untuk berkomunikasi dengannya, dan memuliakan dengan sejumlah tanda jasa dan perintahnya, lalu mengutus kembali ke tempat asal dalam sekejap.
Kita harus mengarahkan perhatian kepada satu hal dari perumpamaan di atas. Yaitu, jika pemimpin memiliki kemampuan spiritual dan maknawi di samping memiliki kekuatan fisik, tentu ia tidak akan mendelegasikan kepada orang-orang seperti letnan, jenderal, dan pengawas. Namun ia akan hadir sendiri pada setiap tempat Ia mengeluarkan perintah secara langsung dengan me
Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekuasaan
Ilahi.
Meski semua nama bisa terwujud dan semua gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkatan yang ada dari aspek keesaan-Nya, namun sebagaimana gelar “penguasa yang adil” merupakan yang dominan dan orisinal dalam wilayah pengadilan di mana tanda-tanda yang lain hanya mengikuti dan melihat perintahnya, demikian pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap langitnya, serta semua gelar yang lain berada di dalamnya.
Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT.
menjelma pada wilayah langit tersebut dengan gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar “Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yangmerupakan kedudukan Nabi Musa as.
Demikianlah, karena Rasulullah SAW. mendapat bagian dari nama Allah Yang Mahaagung (Ismul A’zham) serta karena kenabiannya bersifat umum dan komprehensif, juga karena beliau mendapatkan seluruh manifestasi nama-Nya, maka beliau memiliki relasi dengan seluruh wilayah rububiyah. Karena itu, hakikat mi’raj yang beliau lakukan menuntut adanya pertemuan dengan para nabi yang merupakan pemilik kedudukan di berbagai wilayah tadi, serta melewati semua tingkatan yang ada.
Perumpamaan Kedua
Gelar “pemimpin tertinggi” yang melekat pada penguasa memiliki wujud dan tampilan pada setiap wilayah militer, mulai dari wilayah komandan dan jenderal yang bersifat luas dan komprehensif hingga wilayah kopral yang merupakan wilayah parsial dan khusus.Misalnya, seorang tentara melihat profil kepemimpinan terbesar terdapat pada sosok kopral sehingga ia menghadap dan menerima perintah darinya. Sementara, kopral itu sendiri melihat kepemimpinan tersebut berada pada wilayah sersan, sehingga mengarah kepadanya. Kemudian ketika ia menjadi sersan, ia melihat profil kepemimpinan umum terdapat di wilayah letnan. Ia memiliki kursi khusus pada kedudukan tersebut.
Demikianlah, gelar kepemimpinan agung itu terlihat pada setiap wilayah pemimpin, kelompok, dan pengawas sesuai dengan luas dan sempitnya wilayah yang ada.
Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait dengan semua jenjang militer lewat seorang tentara serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah sekaligus bisa menyaksikan semuanya sehingga seperti pengawas atasnya, sang pemimpin tertinggi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi menerima tentara tersebut di hadapannya, memberikan kehormatan untuk berkomunikasi dengannya, dan memuliakan dengan sejumlah tanda jasa dan perintahnya, lalu mengutus kembali ke tempat asal dalam sekejap.
Kita harus mengarahkan perhatian kepada satu hal dari perumpamaan di atas. Yaitu, jika pemimpin memiliki kemampuan spiritual dan maknawi di samping memiliki kekuatan fisik, tentu ia tidak akan mendelegasikan kepada orang-orang seperti letnan, jenderal, dan pengawas. Namun ia akan hadir sendiri pada setiap tempat Ia mengeluarkan perintah secara langsung dengan me
No Voice