Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 13
(1-43)
nyembunyikan diri di balik tirai dan di belakang sejumlah orang yang memiliki kedudukan tertentu.
Seperti diriwayatkan bahwa para penguasa yang mencapai tingkat kewalian sempurna melaksanakan perintah dalam banyak wilayah dalam wujud sejumlah orang.
Adapun hakikat yang bisa kita lihat lewat perspektif perumpamaan di atas ialah: karena ketidakberdayaan tidak ada didalamnya, maka perintah dan hukum datang secara langsung dari pemimpin umum kepada setiap wilayah. Hukum tersebut dilaksanakan lewat perintah, kehendak, dan kekuatannya.
Sehubungan dengan itu, maka pada setiap tingkatan makhluk dan kelompok entitas mulai dari atom hingga planet, mulai dari serangga hingga langityang di dalamnya berbagai perintah Pemimpin azali dan abadi serta segala urusan Penguasa langit dan bumi, yang memiliki perintah kun fayakun dilaksanakan secara sempurna, pada setiap bagiannya wilayah rububiyah yang agung dan tingkatan kekuasaan yang mengendalikan menjadi terlihat lewat tingkatan yang berbedabeda, besar atau kecil, khusus atau komprehensif, di mana setiap bagiannya mengarah kepada yang lain.
Untuk memahami semua maksud Ilahi yang luhur serta berbagai hasil yang mulia yang terdapat di alam; untuk memahami sesuatu yang membuat Tuhan ridha lewat cara melihat kekuasaan rububiyahNya yang mulia dan keagungan kendali-Nya yang mulia dengan menyaksikan berbagai tugas ibadah semua tingkatan; untuk menjadi seorang dai yang menyeru bagi kekuasaan Allah SWT.; harus ada perjalanan melewati sejumlah tingkatan di atas dan berbagai wilayah tersebut hingga masuk ke dalam arasy yang paling agung yang merupakan wilayah Allah SWT. serta masuk ke dalam daerah sejarak “dua busur”. Maksudnya masuk ke dalam kedudukan antara wilayah mungkin (makhluk) dan wilayah wajib (Allah) yang diisyaratkan dengan kata dua busur (Qaba Qausain). Di sana beliau menghadap Dzat Yang Mahaagung dan indah.
Perjalanan tersebut merupakan hakikat mi’raj.
Sebagaimana setiap manusia bisa berjalan dengan akalnya secepat khayalan, sebagaimana setiap wali bisa berkeliling dengan kalbunya secepat kilat, sebagaimana setiap malaikat bisa bepergian dengan fisiknya yang berupa cahaya secepat roh dari arasy menuju bumi serta dari bumi menuju arasy, sebagaimana penduduk surga bisa naik secepat burak dari mahsyar menuju surga dan ke tempat yang jaraknya lebih dari lima ratus tahun perjalanan, maka demikian pula dengan jasad Muhammad SAW. yang merupakan wadah dari berbagai perangkatnya dan orbit dari berbagai tugas rohnya yang tak terhingga. Jasad beliau menyertai rohnya yang berupa cahaya, mampu menyerap cahaya, serta lebih halus daripada kalbu wali, lebih ringan daripada ruh orang mati, lebih halus daripada jasad malaikat, lebih halus daripada fisiknya yang mulia dan badannya yang bercahaya. Jasad tersebut sudah pasti menyertai rohnya untuk naik menuju arasy yang paling agung.
Sekarang, marilah kita melihat si ateis yang sedang memerhatikan. Yang terlintas dalam benak bahwa orang ateis itu berkata dalam hatinya, “Aku tidak percaya kepada Allah dan tidak mengenal Rasul. Maka, bagaimana mungkin akan memercayai peristiwa mi’raj.”
Kita jelaskan padanya:
Selama alam ini dan entitas ada serta di dalamya berbagai perbuatan dan penciptaan bisa disaksikan, sementara perbuatan yang teratur tidak mungkin terwujud tanpa ada pelaku, kitab yang penuh makna tidak mungkin ada tanpa ada penulis, ukiran indah tidak mungkin terwujud tanpa ada pengukir, maka sudah pasti ada pihak yang melakukan semua perbuatan yang penuh hikmah yang memenuhi alam ini. Sudah pasti ada peng
No Voice