Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 15
(1-43)
kan kepada seluruh makhluk, lalu mengutusnya kepada mereka.
Ketika hakikat dan hikmah yang ada menuntut hal tersebut, maka orang yang paling layak menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW..
Beliau benar-benar telah menunaikan semua tugas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau perlihatkan.
Karena itu, nabi mulia ini harus menuju kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam serta melampaui seluruh entitas agar dapat melakukan dialog yang komprehensif, universal, dan mulia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa mi’raj mengetengahkan hakikat ini.
Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak telah menghiasi alam yang agung dan menatanya untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat menyeluruh dengan seluruh detailnya berikut kekuasaan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan berbicara dengan manusia seraya mengajarkan sejumlah tujuan-Nya.
Karena tidak setiap manusia dapat naik kepada kedudukan komprehensif yang paling tinggi yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus.
Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang mengajari mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggiuntuk bisa berbicara dengan Tuhan secara langsung.
Selanjutnya, karena sosok terbaik di antara manusia yang bisa menyampaikan maksudmaksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri alam semesta dan memecahkan teka-teki penciptaan, serta sosok paling sempurna yang menyeru kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki perjalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan menuju apa yang ada di balik entitas, menuju dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh ribu hijab. Inilah yang disebut dengan mi’raj.
Terbayang pula dalam benak ini bagaimana engkau wahai pendengar bertanya-tanya di dalam hati, “Bagaimana dapat saya memercayai ini? Apa maksudnya menghadap kepada Tuhan yang lebih dekat dari segala sesuatu dengan melewati jarak ribuan tahun dan menembus tujuh puluh ribu hijab?”
Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu.
Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.
Seandainya mentari bisa merasa dan bisa berbicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripada pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu
tahun. Engkau tidak bisa mendekatinya dari aspek apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di
mana engkau bisa berhadapan dengan mentari secara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang
memantulkannya.
Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang merupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Sementara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam, yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemudian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat kepada nama yang mencakup semua entitas serta melewati banyak tingkatan untuk kemudian mendekat kepada-Nya.
Contoh lain: seorang tentara sangat jauh dengan kepribadian maknawi dari panglima terting
Ketika hakikat dan hikmah yang ada menuntut hal tersebut, maka orang yang paling layak menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW..
Beliau benar-benar telah menunaikan semua tugas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau perlihatkan.
Karena itu, nabi mulia ini harus menuju kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam serta melampaui seluruh entitas agar dapat melakukan dialog yang komprehensif, universal, dan mulia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa mi’raj mengetengahkan hakikat ini.
Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak telah menghiasi alam yang agung dan menatanya untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat menyeluruh dengan seluruh detailnya berikut kekuasaan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan berbicara dengan manusia seraya mengajarkan sejumlah tujuan-Nya.
Karena tidak setiap manusia dapat naik kepada kedudukan komprehensif yang paling tinggi yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus.
Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang mengajari mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggiuntuk bisa berbicara dengan Tuhan secara langsung.
Selanjutnya, karena sosok terbaik di antara manusia yang bisa menyampaikan maksudmaksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri alam semesta dan memecahkan teka-teki penciptaan, serta sosok paling sempurna yang menyeru kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki perjalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan menuju apa yang ada di balik entitas, menuju dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh ribu hijab. Inilah yang disebut dengan mi’raj.
Terbayang pula dalam benak ini bagaimana engkau wahai pendengar bertanya-tanya di dalam hati, “Bagaimana dapat saya memercayai ini? Apa maksudnya menghadap kepada Tuhan yang lebih dekat dari segala sesuatu dengan melewati jarak ribuan tahun dan menembus tujuh puluh ribu hijab?”
Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu.
Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.
Seandainya mentari bisa merasa dan bisa berbicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripada pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu
tahun. Engkau tidak bisa mendekatinya dari aspek apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di
mana engkau bisa berhadapan dengan mentari secara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang
memantulkannya.
Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang merupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Sementara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam, yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemudian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat kepada nama yang mencakup semua entitas serta melewati banyak tingkatan untuk kemudian mendekat kepada-Nya.
Contoh lain: seorang tentara sangat jauh dengan kepribadian maknawi dari panglima terting
No Voice