Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 17
(1-43)
dan planet seperti yang disebutkan oleh hadits, “Langit merupakan gelombang buta,”1 telah mengambil bentuk yang beragam mulai dari galaksi hingga kepada planet yang berjalan menuju kita dalam tujuh tingkatan di mana masing-masing laksana atap bagi yang lain, mulai dari alam bumi hingga alam barzakh, alam mitsal (alam yang tak terindra), dan alam akhirat. Demikianlah menurut hikmah dan logika akal.
Dalam benak juga terlintas:
Wahai ateis, engkau berkata bahwa kita dapat naik hanya sampai ketinggian tertentu lewat pesawat dengan susah payah.
Lalu bagaimana mungkin manusia bisa menempuh jarak ribuan tahun dengan fisiknya kemudian kembali ke tempat asal hanya dalam beberapa menit? Kami ingin menjelaskan bahwa benda yang berat seperti bumi bisa menempuh jarak sekitar 188 jam dengan gerakan tahunannya hanya dalam satu menit seperti pengetahuan yang kalian dapatkan. Dengan kata lain, bumi menempuh jarak seukuran dua puluh lima ribu tahun dalam setahun.
1 Potongan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (2/370), at-Tirmidzi dengan nomor 3298, serta dalam Tuhfatul Ahwadzi nomor 3352. Disebutkan bahwa hadits tersebut garib.
Jika demikian, bukankah Dzat Yang Mahakuasa yang telah menjalankan bumi dengan gerakan teratur dan cermat serta memutar-mutarnya bagaikan batu di ujung seutas tali mampu menghadirkan manusia ke arasy? Bukankah hikmah yang telah memperjalankan bumi yang berat itu dengan hukum rabbani yang disebut dengan gravitasi mentari mampu membuat fisik manusia naik menuju arasy Tuhan laksana kilat lewat gravitasi Tuhan dan tarikan kecintaan Mentari Azali?
Terlintas pula bahwa engkau berkata, “Anggaplah ia mampu naik menuju langit. Namun, mengapa harus dinaikkan? Apa kepentingannya? Bukankah cukup baginya naik dengan kalbu dan roh seperti yang dilakukan oleh para wali yang saleh?”
Kami ingin mengatakan:
Ketika Sang Pencipta Yang Mahagung ingin memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya yang menakjubkan dalam kerajaan dan alam malakutNya, hendak memperlihatkan pada sumber-sumber dan pabrik alam, serta ingin memperlihatkan berbagai buah ukhrawi dari amal perbuatan manusia, maka sudah barang tentu mata Nabi SAW. yang berposisi sebagai kunci untuk melihat alam visual, dan telinganya yang menangkap tanda-tanda di alam pendengaran harus menyertainya sampai ke Arasy. Selain itu, akal dan hikmah menuntut agar ketika menuju arasy beliau disertai oleh fisiknya yang penuh berkah yang berposisi sebagai mesin dan perangkat tempat berbagai aktivitas rohnya bekerja. Pasalnya, sebagaimana hikmah Ilahi menjadikan fisik sebagai pendamping bagi roh di dalam surga di mana fisik merupakan wadah bagi banyak tugas ubudiyah serta berbagai kenikmatan yang tak terhingga, maka fisik yang penuh berkah tersebut sudah pasti akan menyertai roh. Lalu karena fisik masuk ke dalam surga bersama roh, maka di antara tuntutan hikmah Dia menjadikan fisik beliau sebagai pendamping bagi dzat Muhammad SAW. yang dimi’rajkan menuju Sidratul Muntaha yang merupakan jasad dari surga.
Setelah itu terbayang bahwa engkau akan berkata, “Menempuh jarak ribuan tahun hanya dalam beberapa menit merupakan sesuatu yang mustahil secara akal.”
Jawabannya:
Dalam ciptaan Sang Pencipta Yang Mahaagung gerakan pada sesuatu sangat berbeda-beda. Misalnya,
perbedaan kecepatan suara, cahaya, listrik, roh, dan khayalan diketahui oleh kita semua. Secara ilmiah kecepatan planet juga berbeda-beda, sehingga akal pun kagum. Lalu, bagaimana mungkin tidak masuk akal ketika fisik beliau yang halus
No Voice