Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 16
(1-43)
gi. Ia melihat panglimanya dari jarak yang sangat jauh dan dari banyak sekat. Ia melihatnya dalam bentuk miniatur dalam jenjang kopral. Adapun agar bisa dekat dengan sang panglima tersebut dari sisi maknawi ialah dengan melewati banyak jenjang seperti letnan, kapten, dan mayor. Sementara, panglima tertinggi berada di sisinya serta melihatnya lewat perintah, hukum, pengawasan, hikmah, dan pengetahuannya. Ia berada di hadapannya sebagai pemimpin secara maknawi maupun secara lahiriah. Karena hakikat ini telah ditegaskan dalam kalimat keenam belas, kami cukupkan sampai di sini.
Selain itu, yang juga terlintas dalam benak bahwa engkau berkata dalam hati, “Aku mengingkari keberadaan langit dan tidak beriman kepada malaikat. Bagaimana mungkin aku akan memercayai perjalanan seorang manusia di langit dan kondisinya yang bertemu dengan malaikat?”
Ya, tentu memperlihatkan dan memberikan pemahaman kepada orang sepertimu yang penglihatannya telah tertutup kabut dan akalnya telah turun ke mata sehingga hanya bisa melihat materi merupakan sesuatu yang sangat sulit. Akan tetapi, kebenaran yang demikian bening dan jelas membuatnya dapat dilihat meski oleh orang buta. Karena itu, kami ingin berkata:
Seperti yang dimaklumi, angkasa dipenuhi oleh eter. Cahaya, listrik, hawa panas, dan sejenisnya menjadi bukti yang menunjukkan keberadaan materi yang memenuhi angkasa. Jika buah menunjukkan keberadaan pohonnya, bunga menunjukkan keberadaan kebunnya, tangkai menunjukkan keberadaan ladang, serta ikan menunjukkan keberadaan laut, maka bintang-gemintang juga mendesak pandangan akal dan dengan sangat jelas menunjukkan keberadaan taman, tempat tumbuh, ladang, dan lautnya.
Karena alam yang tinggi dibangun dalam beragam bentuk, di mana masing-masing terlihat aneka hukum dalam posisi yang berbeda-beda, maka asal dari hukum tersebut, yakni langit, juga berbedabeda antara satu dengan lainnya. Sebab, sebagaimana dalam diri manusia terdapat beragam wujud maknawi selain fisik materi seperti akal, kalbu, roh, khayalan, dan daya ingat, di alam yang juga merupakan bentuk manusia yang lebih besar serta pada entitas yang merupakan pohon buah manusia, terdapat sejumlah alam lain di luar alam fisik. Di samping itu, setiap alam memiliki langit sendiri mulai dari alam bumi hingga alam surga.
Sehubungan dengan malaikat, kami ingin menjelaskan bahwa bumi sebagai planetyang bentuknya pertengahan, kecil,dan padat jika dibandingkan dengan bintang, dipenuhi berbagai bentuk kehidupan dan perasaan yang merupakan sesuatu yang paling berharga dan paling bersinar di alam.
Jika demikian, apalagi dengan langit yang merupakan lautan luas yang di dalamnya bintang bertasbih
laksana bangunan yang terhias rapi dan istana megah jika diukur dengan bumi yang merupakan rumah gelap dan kecil. Jadi, langit merupakan tempat makhluk spiritual dan makhluk hidup dengan jenis yang beragam dan dengan jumlah tak terhingga.
Mereka berupa malaikat dan makhluk rohani lainnya.Kami telah menegaskan secara jelas keberadaan
langit dan bilangannya dalam tafsir kami yang berjudul Isyârât al-I’jâz fî Mazhôn al-Îjâz, tepatnya ketika menerangkan firman Allah yang berbunyi, “Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.” (QS. al-Baqarah: 29). Kami juga telah membuktikan keberadaan malaikat dengan satu penegasan yang tak diragukan sedikitpun pada kalimat kedua puluh sembilan. Oleh karena itu, kami telah membahasnya secara singkat seraya mengembalikannya kepada dua risalah di atas.
Sebagai kesimpulan: keberadaan langit yang dibentuk dari eter dan menjadi tempat perjalanan cahaya, hawa panas, gravitasi, dan berbagai planet serta senantiasa sesuai dengan gerakan bintang
Selain itu, yang juga terlintas dalam benak bahwa engkau berkata dalam hati, “Aku mengingkari keberadaan langit dan tidak beriman kepada malaikat. Bagaimana mungkin aku akan memercayai perjalanan seorang manusia di langit dan kondisinya yang bertemu dengan malaikat?”
Ya, tentu memperlihatkan dan memberikan pemahaman kepada orang sepertimu yang penglihatannya telah tertutup kabut dan akalnya telah turun ke mata sehingga hanya bisa melihat materi merupakan sesuatu yang sangat sulit. Akan tetapi, kebenaran yang demikian bening dan jelas membuatnya dapat dilihat meski oleh orang buta. Karena itu, kami ingin berkata:
Seperti yang dimaklumi, angkasa dipenuhi oleh eter. Cahaya, listrik, hawa panas, dan sejenisnya menjadi bukti yang menunjukkan keberadaan materi yang memenuhi angkasa. Jika buah menunjukkan keberadaan pohonnya, bunga menunjukkan keberadaan kebunnya, tangkai menunjukkan keberadaan ladang, serta ikan menunjukkan keberadaan laut, maka bintang-gemintang juga mendesak pandangan akal dan dengan sangat jelas menunjukkan keberadaan taman, tempat tumbuh, ladang, dan lautnya.
Karena alam yang tinggi dibangun dalam beragam bentuk, di mana masing-masing terlihat aneka hukum dalam posisi yang berbeda-beda, maka asal dari hukum tersebut, yakni langit, juga berbedabeda antara satu dengan lainnya. Sebab, sebagaimana dalam diri manusia terdapat beragam wujud maknawi selain fisik materi seperti akal, kalbu, roh, khayalan, dan daya ingat, di alam yang juga merupakan bentuk manusia yang lebih besar serta pada entitas yang merupakan pohon buah manusia, terdapat sejumlah alam lain di luar alam fisik. Di samping itu, setiap alam memiliki langit sendiri mulai dari alam bumi hingga alam surga.
Sehubungan dengan malaikat, kami ingin menjelaskan bahwa bumi sebagai planetyang bentuknya pertengahan, kecil,dan padat jika dibandingkan dengan bintang, dipenuhi berbagai bentuk kehidupan dan perasaan yang merupakan sesuatu yang paling berharga dan paling bersinar di alam.
Jika demikian, apalagi dengan langit yang merupakan lautan luas yang di dalamnya bintang bertasbih
laksana bangunan yang terhias rapi dan istana megah jika diukur dengan bumi yang merupakan rumah gelap dan kecil. Jadi, langit merupakan tempat makhluk spiritual dan makhluk hidup dengan jenis yang beragam dan dengan jumlah tak terhingga.
Mereka berupa malaikat dan makhluk rohani lainnya.Kami telah menegaskan secara jelas keberadaan
langit dan bilangannya dalam tafsir kami yang berjudul Isyârât al-I’jâz fî Mazhôn al-Îjâz, tepatnya ketika menerangkan firman Allah yang berbunyi, “Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.” (QS. al-Baqarah: 29). Kami juga telah membuktikan keberadaan malaikat dengan satu penegasan yang tak diragukan sedikitpun pada kalimat kedua puluh sembilan. Oleh karena itu, kami telah membahasnya secara singkat seraya mengembalikannya kepada dua risalah di atas.
Sebagai kesimpulan: keberadaan langit yang dibentuk dari eter dan menjadi tempat perjalanan cahaya, hawa panas, gravitasi, dan berbagai planet serta senantiasa sesuai dengan gerakan bintang
No Voice