Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 9
(1-43)
miliki dua bentuk komunikasi dan penghormatan:Pertama, yang bersifat parsial dan khusus.
Kedua, yang bersifat komprehensif dan umum.Mi’raj Nabi merupakan manifestasi istimewa dari tingkat kewalian Muhammad SAW.. Ia tampak dalam bentuk yang komprehensif mengungguli semua bentuk kewalian yang ada serta demikian tinggi berada di atas yang lainnya. Beliau mendapatkan kehormatan untuk bisa berkomunikasi langsung dan bercakap-cakap dengan Allah sebagai Tuhan semesta alam dengan kedudukan-Nya sebagai Pencipta seluruh entitas.
Sementara, orang lain meninggalkan cermin dengan langsung menghadap mentari. Ia menyaksikan kebesaran mentari tersebut serta memahami keagungannya. Kemudian ia naik ke atas gunung yang sangat tinggi serta melihat kilau kerajaannya yang luas dan megah. Hal itu ia hadapi secara langsung tanpa hijab. Setelah itu, ia kembali dan membuat sejumlah jendela yang luas pada rumahnya yang kecil atau pada ruangannya yang tertutup di mana jendela itu menghadap mentari yang berada di langit yang tinggi. Dari sana terjalinlah sebuah kontak dengan cahaya mentari yang bersifat permanen dan hakiki.
Demikianlah, orang ini bisa melakukan tatap muka dan kontak yang menyenangkan yang dihiasi dengan rasa syukur. Ia berkata kepada mentari:
“Oh, wahai mentari yang bersemayam di atas arasy keindahan alam. Wahai penghias dan kembang langit. Wahai yang melimpahkan cahaya dan sinar ke muka bumi serta membuat bunga tersenyum dan
riang. Engkau telah melimpahkan kehangatan dan cahaya ke dalam rumah dan kediamanku yang kecil sebagaimana engkau telah memberikan cahaya dan kehangatan ke seluruh bumi.”
Adapun pemilik cermin sebelumnya tidak bisa melakukan kontak dan berkomunikasi dengan mentari seperti di atas lantaran pengaruh cahaya mentarinya sangat terbatas seukuran cermin dan sesuai dengan kemampuan cermin tersebut menerima cahaya.
Demikianlah manifestasi Dzat Allah Yang Mahaesa dan abadi (Shamad). Dia adalah Cahaya langit dan bumi serta Penguasa azali dan abadi atas substansi manusia dalam dua bentuknya yang berisi berbagai tingkatan tak terhingga.
Bentuk pertama, penampakan di cermin kalbu lewat ikatan rabbani dan relasi dengan-Nya. Setiap manusia memiliki bagian dari cahaya mentari azali tersebut. Ia bisa berkomunikasi dan melakukan kontak dengan-Nya, entah bersifat parsial ataupun komprehensif, sesuai dengan kesiapannya serta manifestasi sifat dan nama-Nya. Hal itu terdapat dalam perjalanannya ketika meniti sejumlah tingkatan di atas. Derajat dari kewalian yang berjalan dalam bayangan dan tingkatan nama-nama dan sifat-Nya bersumber dari bagian ini.
Bentuk kedua, penampakan Allah pada individu paling mulia dari jenis manusia dalam wujud Dzat-Nya serta dalam tingkatan nama-Nya yang paling agung lantaran sosok manusia tersebut mampu memperlihatkan manifestasi nama-namaNya yang mulia yang tampak di seluruh alam secara sekaligus pada cermin ruhnya. Pasalnya ia merupakan buah pohon alam yang paling bersinar
Kedua, yang bersifat komprehensif dan umum.Mi’raj Nabi merupakan manifestasi istimewa dari tingkat kewalian Muhammad SAW.. Ia tampak dalam bentuk yang komprehensif mengungguli semua bentuk kewalian yang ada serta demikian tinggi berada di atas yang lainnya. Beliau mendapatkan kehormatan untuk bisa berkomunikasi langsung dan bercakap-cakap dengan Allah sebagai Tuhan semesta alam dengan kedudukan-Nya sebagai Pencipta seluruh entitas.
Perumpamaan Kedua
Seseorang memegang cermin yang menghadap ke matahari. Sesuai dengan kapasitasnya, cermin tersebut menampung sinar dan cahaya yang membawa tujuh warna mentari. Maka, seseorang bisa memiliki hubungan dengan mentari tersebut sesuai dengan kondisi cermin tadi. Ia bisa mengambil manfaat darinya ketika cermin itu diarahkan ke kamarnya yang gelap dan ruangannya yang kecil dan tertutup. Hanya saja, cahaya yang ia dapatkan terbatas pada kadar kemampuan cermin yang memantulkan sinar mentari, tidak seperti kadar nilai mentari itu sendiri. Sementara, orang lain meninggalkan cermin dengan langsung menghadap mentari. Ia menyaksikan kebesaran mentari tersebut serta memahami keagungannya. Kemudian ia naik ke atas gunung yang sangat tinggi serta melihat kilau kerajaannya yang luas dan megah. Hal itu ia hadapi secara langsung tanpa hijab. Setelah itu, ia kembali dan membuat sejumlah jendela yang luas pada rumahnya yang kecil atau pada ruangannya yang tertutup di mana jendela itu menghadap mentari yang berada di langit yang tinggi. Dari sana terjalinlah sebuah kontak dengan cahaya mentari yang bersifat permanen dan hakiki.
Demikianlah, orang ini bisa melakukan tatap muka dan kontak yang menyenangkan yang dihiasi dengan rasa syukur. Ia berkata kepada mentari:
“Oh, wahai mentari yang bersemayam di atas arasy keindahan alam. Wahai penghias dan kembang langit. Wahai yang melimpahkan cahaya dan sinar ke muka bumi serta membuat bunga tersenyum dan
riang. Engkau telah melimpahkan kehangatan dan cahaya ke dalam rumah dan kediamanku yang kecil sebagaimana engkau telah memberikan cahaya dan kehangatan ke seluruh bumi.”
Adapun pemilik cermin sebelumnya tidak bisa melakukan kontak dan berkomunikasi dengan mentari seperti di atas lantaran pengaruh cahaya mentarinya sangat terbatas seukuran cermin dan sesuai dengan kemampuan cermin tersebut menerima cahaya.
Demikianlah manifestasi Dzat Allah Yang Mahaesa dan abadi (Shamad). Dia adalah Cahaya langit dan bumi serta Penguasa azali dan abadi atas substansi manusia dalam dua bentuknya yang berisi berbagai tingkatan tak terhingga.
Bentuk pertama, penampakan di cermin kalbu lewat ikatan rabbani dan relasi dengan-Nya. Setiap manusia memiliki bagian dari cahaya mentari azali tersebut. Ia bisa berkomunikasi dan melakukan kontak dengan-Nya, entah bersifat parsial ataupun komprehensif, sesuai dengan kesiapannya serta manifestasi sifat dan nama-Nya. Hal itu terdapat dalam perjalanannya ketika meniti sejumlah tingkatan di atas. Derajat dari kewalian yang berjalan dalam bayangan dan tingkatan nama-nama dan sifat-Nya bersumber dari bagian ini.
Bentuk kedua, penampakan Allah pada individu paling mulia dari jenis manusia dalam wujud Dzat-Nya serta dalam tingkatan nama-Nya yang paling agung lantaran sosok manusia tersebut mampu memperlihatkan manifestasi nama-namaNya yang mulia yang tampak di seluruh alam secara sekaligus pada cermin ruhnya. Pasalnya ia merupakan buah pohon alam yang paling bersinar
No Voice