Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 8
(1-43)
Demikianlah, wisata dan perjalanan tersebut, meskipun merupakan mi’raj kecil dan yang dimi’rajkan ialah seorang hamba, namun hamba tersebut membawa amanah agung yang terkait dengan seluruh alam. Bersamanya terdapat cahaya terang yang mengubah warna alam semesta. Di samping itu, padanya terdapat kunci yang bisa untuk membuka pintu kebahagiaan abadi.
Karena itulah, Allah menggambarkan diri-Nya dengan berkata, “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” Hal ini untuk menerangkan bahwa pada amanah, cahaya, dan kunci tersebut terdapat sejumlah hikmah mulia yang mencakup seluruh entitas, meliputi semua makhluk, serta menjangkau alam seluruhnya.
Demikianlah, rahasia agung ini memiliki empat landasan:
Pertama, apa rahasia keharusan mi’raj?
Apa hakikat mi’raj?
Apa hikmah mi’raj?
Apa buah dan manfaat mi’raj?
LANDASAN PERTAMA
Rahasia Keharusan Mi’raj
Berikut Hikmah Kebutuhannya
Ada sebuah pertanyaan:
Allah SWT. dekat kepada sesuatu daripada segala sesuatu sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”1 Dia tidak membutuhkan fisik dan tempat. Setiap wali Allah yang saleh bisa menghadap dan bermunajat dengan Tuhan dalam kalbunya. Karena itu, mengapa jika setiap wali bisa bermunajat kepada Tuhan dalam kalbunya, sementara Nabi Muhammad SAW. tidak bisa bermunajat seperti itu kecuali setelah melakukan perjalanan jauh dan wisata yang panjang lewat mi’raj?
1 QS. Qâf: 16.
Sebagai jawabannya:
Kami ingin mendekatkan rahasia yang sulit dipahami ini kepada pemahaman kita dengan menyebutkan
dua contoh berikut. Perhatikan baikbaik. Keduanya telah disebutkan dalam kalimat kedua belas saat menjelaskan rahasia kemukjizatan Alquran dan hikmah mi’raj.
Perumpamaan PertamaRaja memiliki dua bentuk komunikasi dan tatap muka, serta dua macam pembicaraan, penghormatan dan perhatian.
Pertama, komunikasi khusus lewat sarana telepon dengan salah seorang rakyatnya dari kalangan umum terkait dengan persoalan khusus yang berhubungan dengan kebutuhan orang tersebut.
Kedua, komunikasi atas nama kerajaan agung dan atas nama khilafah yang mulia dalam kedudukannya sebagai penguasa terkait dengan persoalan penting dan mulia di mana ia memperlihatkan keagungannya dan menampakkan kemuliaannya.
Dari sana raja ingin agar perintahnya tersebar ke seluruh penjuru. Komunikasi ini terjadi dengan salah seorang utusannya yang memiliki hubungan dengan persoalan tersebut atau dengan salah satu pejabat terasnya yang memiliki kaitan dengan perintah itu.
Demikianlah, dengan perumpamaan diatasAllah memiliki perumpamaan yang paling mulia Pencipta Alam, Raja dari seluruh kerajaan dan alam malakut, serta Penguasa Azali dan Abadi me
No Voice