Risalah Mi’raj | Risalah Mi’raj | 4
(1-43)
Setelah para agresor masuk ke kota Istanbul, Ustadz Nursi merasa bahwa pukulan telak telah diarahkan kepada dunia Islam. Karena itu, ia menyiapkan diri dengan mulai menulis bukunya, al-Khuthuwât as-Sitt (Enam Langkah). Di dalamnya ia menyerang para agresor dengan sangat hebat sekaligus melenyapkan faktor-faktor yang bisa melahirkan keputusasaan pada sebagian besar orang. Karena dikenal luas dan perjuangannya yang konsisten, beberapa kali ia diundang ke Ankara. Pada 1922, ia pergi ke sana di mana ketika berada di stasiun kereta api ia disambut dengan meriah oleh para pejabat negara. Hanya saja ia langsung kecewa dengan mereka yang telah mengundangnya manakala mengetahui kalau sebagian besar mereka tidak melaksanakan berbagai kewajiban agama. Kemudian ia mendatangi parlemen seraya menyampaikan pesan yang menggugah diawali dengan satu pernyataan yang berbunyi, “Wahai para anggota parlemen, kalian akan dibangkitkan pada hari yang agung nanti.” Di sana ia juga menyampaikan proyek pendirian Universitas Islam dan diterima dengan baik. Namun kondisi politik menjadikan proyek tersebut tidak berjalan dengan baik.
Pada 1923, Badiuzzaman pergi ke kota Van dan melakukan uzlah di Gunung Erek yang dekat dari kota selama dua tahun dalam rangka melakukan ibadah dan kontemplasi. Kemudian, berbagai pemberontakan dan ketidakstabilan terjadi di dalam Republik Turki yang baru. Semuanya dapat dibungkam oleh pihak rezim berkuasa. Meskipun Badiuzzaman tidak terlibat dalam pemberontakan, beliau dibuang dan diasingkan bersama banyak orang ke Anatolia Barat pada musim dingin 1926. Kemudian, beliau dibuang lagi seorang diri ke sebuah daerah terpencil yaitu Barla. Para musuh agama mengira bahwa di sana riwayatnya akan berakhir, popularitasnya akan redup, akan dilupakan orang, dan sumber tersebut akan mengering.
Akan tetapi, Allah Mahahalus terhadap hamba-Nya. Dia memeliharanya lewat karunia dan kemurahan-Nya sehingga Barla menjadi sumber cahaya Alquran yang luar biasa. Di sana, Ustadz Nursi menulis sebagian besar Risalah Nur. Lalu berbagai risalah tersebut diserap lewat salinan tangan dan tersebar dari ujung Turki ke ujung yang lain. Artinya, ketika Ustadz Nursi dibawa dari satu tempat pembuangan ke tempat pembuangan yang lain lalu dimasukkan ke penjara dan tahanan di berbagai
wilayah Turki selama seperempat abad, Allah memberi ganti dengan menghadirkan orang yang menyalin berbagai risalah tersebut serta menyebarkan limpahan cahaya imani itu hingga membangunkan spirit iman yang mati di kalangan umat beriman sekaligus menegakkannya di atas pilar-pilar ilmiah dan logika dalam bentuk yang retorik di mana ia bisa dipahami oleh kalangan awam serta menjadi bekal bagi kalangan khusus.
Demikianlah Ustadz Nursi terus menulis berbagai risalah sampai 1950 sehingga jumlahnya lebih dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul Kuliyyat Rasâ`il an-Nûr (Koleksi Risalah Nur) yang berisi empat seri utama: al-Kalimât, al-Maktûbât, al-Lama’ât, dan asy-Syu’â’ât. Selain itu, terdapat seri atau koleksi yang tidak mudah untuk dicetak kecuali setelah 1954. Ustadz Nursi sendiri yang langsung mengawasi sehingga semuanya selesai tercetak.
Kami ketengahkan teks berikut untuk memperlihatkan satu sisi dari gaya tutur Risalah Nur yang unik, berbeda dengan yang lain, dalam menyampaikan sejumlah pemahaman Islam dan menguatkan pilar-pilar iman.
Pada 1923, Badiuzzaman pergi ke kota Van dan melakukan uzlah di Gunung Erek yang dekat dari kota selama dua tahun dalam rangka melakukan ibadah dan kontemplasi. Kemudian, berbagai pemberontakan dan ketidakstabilan terjadi di dalam Republik Turki yang baru. Semuanya dapat dibungkam oleh pihak rezim berkuasa. Meskipun Badiuzzaman tidak terlibat dalam pemberontakan, beliau dibuang dan diasingkan bersama banyak orang ke Anatolia Barat pada musim dingin 1926. Kemudian, beliau dibuang lagi seorang diri ke sebuah daerah terpencil yaitu Barla. Para musuh agama mengira bahwa di sana riwayatnya akan berakhir, popularitasnya akan redup, akan dilupakan orang, dan sumber tersebut akan mengering.
Akan tetapi, Allah Mahahalus terhadap hamba-Nya. Dia memeliharanya lewat karunia dan kemurahan-Nya sehingga Barla menjadi sumber cahaya Alquran yang luar biasa. Di sana, Ustadz Nursi menulis sebagian besar Risalah Nur. Lalu berbagai risalah tersebut diserap lewat salinan tangan dan tersebar dari ujung Turki ke ujung yang lain. Artinya, ketika Ustadz Nursi dibawa dari satu tempat pembuangan ke tempat pembuangan yang lain lalu dimasukkan ke penjara dan tahanan di berbagai
wilayah Turki selama seperempat abad, Allah memberi ganti dengan menghadirkan orang yang menyalin berbagai risalah tersebut serta menyebarkan limpahan cahaya imani itu hingga membangunkan spirit iman yang mati di kalangan umat beriman sekaligus menegakkannya di atas pilar-pilar ilmiah dan logika dalam bentuk yang retorik di mana ia bisa dipahami oleh kalangan awam serta menjadi bekal bagi kalangan khusus.
Demikianlah Ustadz Nursi terus menulis berbagai risalah sampai 1950 sehingga jumlahnya lebih dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul Kuliyyat Rasâ`il an-Nûr (Koleksi Risalah Nur) yang berisi empat seri utama: al-Kalimât, al-Maktûbât, al-Lama’ât, dan asy-Syu’â’ât. Selain itu, terdapat seri atau koleksi yang tidak mudah untuk dicetak kecuali setelah 1954. Ustadz Nursi sendiri yang langsung mengawasi sehingga semuanya selesai tercetak.
Kami ketengahkan teks berikut untuk memperlihatkan satu sisi dari gaya tutur Risalah Nur yang unik, berbeda dengan yang lain, dalam menyampaikan sejumlah pemahaman Islam dan menguatkan pilar-pilar iman.
No Voice